Breaking News

Opini

Fenomena Curhat dengan ChatGPT

Sesudah hadirnya AI pengguna mencari informasi melalui sistem diskusi, diskusi yang dimaksud adalah saat mencari informasi di ChatGPT.

Editor: mufti
IST
Farina Islami SI Kom MA, Lecturer and research assistant dan alumnus magister Ilmu Komunikasi UGM 

Namun, seiring waktu, mereka mulai mengembangkan ketergantungan pada ChatGPT sebagai tempat untuk berbagi keluh kesah mereka. Mereka merasa nyaman dan aman dalam berbicara kepada ChatGPT, karena tidak perlu khawatir tentang penghakiman atau konsekuensi sosial yang mungkin terjadi saat berbagi masalah pribadi dengan orang lain.

Dari beberapa penelitian yang saya coba rangkum menunjukkan bahwa motivasi utama seseorang menjadikan AI sebagai teman curhat adalah  kebutuhan akan dukungan emosional (maslow), perlindungan melalui anonimitas dan rasa aman (takut terbuka, dihakimi, dikritik dan merasa terjaga kerahasiaannya), serta kenyamanan dan aksesibilitas teknologi (akses mudah tidak harus ketemu).

Meskipun AI dapat membantu refleksi diri dan mengurangi kecemasan sosial, ketergantungan yang berlebihan berisiko menyebabkan isolasi dan ketergantungan emosional pada teknologi.

Menangani hal tersebut perlu adanya pengawasan dari orang tua terutama bagi remaja dan anak-anak yang masih dibawah pengawasan orang tua, regulasi yang memadai terkait etika dalam penggunaan AI, seperti do and done yang bisa dilakukan pengguna internet ketika menggunakan AI, gencar melakukan sosialisasi terkait literasi digital dan pentingnya boundaries antara dunia nyata dan dunia maya.

Hal lain yang bisa kita lakukan bersama adalah menciptakan ruang curhat sehat di komunitas nyata misalnya melalui forum dukungan, kelompok sebaya, atau layanan konseling berbasis masyarakat, sehingga AI hanya menjadi pendukung dan bukan satu-satunya sumber tempat berbagi.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved