Tak ayal, apa yang dilakukan Bali dan Flores memberi pelajaran bahwa kearifan lokal bukan sekadar pelengkap, melainkan inti strategi penanggulangan rabies. Nilai-nilai agama, adat, dan budaya membuat pesan kesehatan lebih “mengakar” sehingga masyarakat merasa terlibat, bukan sekadar menjadi objek program pemerintah.
Rabies adalah ancaman global, tetapi solusinya harus lokal. Setiap daerah punya cara unik: Bali dengan banjar adatnya dan Flores dengan solidaritas desanya. Bila pendekatan budaya ini diperkuat dengan dukungan vaksinasi, tenaga medis veteriner, dan regulasi pemerintah, bukan mustahil Indonesia benar-benar bisa mewujudkan Zero Rabies pada 2030. Aceh memiliki peluang nyata menjadi contoh provinsi yang berhasil mengeliminasi rabies jika pemerintah provinsi mengadopsi pendekatan One Health dengan konsep lokal yakni memadukan peran ulama/tokoh adat, strategi pencegahan yang terukur, dan perlindungan citra pariwisata Islami. Keberhasilan memerlukan kepemimpinan politik, pendanaan berkelanjutan, dan partisipasi masyarakat.
Bukan hanya kampanye satu kali. Jika dikelola baik, dalam rentang waktu 5-8 tahun Aceh bisa menuju status bebas rabies dengan manfaat signifikan bagi kesehatan masyarakat dan ekonomi pariwisata.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.