Kupi Beungoh
Birokrasi, Elit, dan Masa Depan Lingkungan Aceh
Beberapa bulan terakhir, perdebatan tentang penutupan tambang emas ilegal kembali mencuat di Aceh.
Selama ini masyarakat dibius dengan glorifikasi Aceh sebagai pusat sumber daya alam. Namun mengenai izin, produksi, dan penerimaan dikuasai segelintir orang. Jujur, rakyat Aceh tidak pernah tahu siapa sebenarnya yang menikmati hasil bumi mereka. Paling dihantui, perasaan kecewa bertahun-tahun.
Aceh sebenarnya pernah menunjukkan daya juang luar biasa ketika bangkit dari konflik dan bencana tsunami. Solidaritas sosial, energi kolektif, dan kemandirian menjadi modal besar.
Sayangnya, modal itu kurang dioptimalkan ke dalam birokrasi. Padahal, dalam konteks krisis ekologis hari ini, energi yang sama dibutuhkan, bukan hanya dari masyarakat, tetapi terutama dari jantung birokrasi.
Penulis: Peneliti Bidang Politik dan Kebijakan Publik, Lembaga ESGE Study Center Email: Akhsanfuqara@gmail.com
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI
Dr A Rani Usman MSi: Dari Pedalaman Aceh Timur Membangun Jaringan ke Negeri Tirai Bambu |
![]() |
---|
Tambang Aceh untuk siapa? |
![]() |
---|
Pentahelix Sang Jenderal: Menuju Aceh Berkelanjutan |
![]() |
---|
Lebih dari Sekadar Angka: Mengapa Kualitas Persalinan Ibu di Daerah Terpencil Masih Menjadi Taruhan? |
![]() |
---|
Potret Toleransi Agama di Aceh: Imelda Purba Nyaman Berbisnis Buah-buahan di Pasar Lambaro |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.