Jurnalisme Warga
Masih Adakah Cinta untuk Guru?
Meski pernyataan itu kemudian diralat, kejadian ini menunjukkan betapa tidak berartinya profesi guru di mata seorang pejabat.
Dr. NILAWATI, S.Pd., M.Pd., Kepala SMA Negeri 1 Banda Aceh, melaporkan dari Banda Aceh
Menjadi guru di era modern ini tidak cukup hanya memiliki ijazah keguruan dan sertifikat profesi. Guru dituntut menjadi makhluk sempurna, yang tidak boleh lelah, apalagi malas. Harus selalu ikhlas dan riang gembira.
Guru juga harus mempunyai fisik dan mental yang kuat serta tidak mudah baper (terbawa perasaan).
Saat ini tugas tambahan guru bukan hanya menjadi wali kelas, malah sudah wajib menjadi wali siswa yang bertanggung jawab atas perkembangan dan keberhasilan akademik siswa selama berada di sekolah (tiga tahun kalau di SMA).
Guru tidak hanya berkewajiban mengajar, membimbing, dan membina, bahkan kini ikut bertanggung jawab atas keberhasilan program makan bergizi gratis (MBG).
Seperti yang terjadi di Sleman, Yogyakarta, pascakasus keracunan massal, Sekdanya, Susmiarto berkata, “Kalau menerima MBG dari penyedia tolong dicek, diicipi, dipantau, guru itu tugasnya seperti itu.” (Tempo, 24 Agustus 2025)
Meski pernyataan itu kemudian diralat, kejadian ini menunjukkan betapa tidak berartinya profesi guru di mata seorang pejabat.
Guru juga sering kali merasa kurang dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari orang tua murid dan sistem pendidikan itu sendiri.
Bandingkan dengan dulu, saat guru dianggap profesi mulia dan sangat dicintai. Guru yang baik menjadi panutan karena menunjukkan integritas, kejujuran, dan keadilan. Guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai moral dan etika.
Guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa yang mendedikasikan diri untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk generasi penerus yang unggul dan berkarakter mulia.
Tantangan profesional
Kurikulum pendidikan di negara kita sangat dinamis. Saking dinamisnya, dalam tempo lima tahun sudah tiga kali terjadi perubahan. Mau tidak mau guru harus beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan kurikulum dan mengintegrasikan teknologi seperti AI dan coding ke dalam pembelajaran, yang sering kali diiringi dengan keterbatasan fasilitas dan infrastruktur.
Perubahan kurikulum yang terlalu sering dan tidak konsisten menyulitkan guru dalam menjalankan strategi pembelajaran dan berpotensi membingungkan siswa.
"Perubahan kurikulum yang sangat cepat ini memberikan peluang, perubahan yang cepat juga dapat menimbulkan kekhawatiran dan ketidakpastian di kalangan pendidik, siswa, dan orang tua." (Kumparan.com, 6 Oktober 2023)
Tantangan guru saat ini meliputi kesiapan dan pengembangan profesional, di mana guru perlu terus memperbarui pengetahuan dan keterampilannya melalui pelatihan untuk menguasai metode dan teknologi baru, seperti pembelajaran berbasis projek, diferensiasi, pembelajaran mendalam, dan teknologi pendidikan berbasis AI.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/NILAWATI-OKE-LAGI.jpg)