Mihrab

Islam Jadi Fondasi Moderasi Beragama, Ustadzah Nora: Kedepankan Dialog yang Moderat

“Rasulullah berinteraksi dengan berbagai kalangan dengan kasih sayang, kesabaran, dan keterbukaan. Itulah wajah sejati Islam,” ungkapnya.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/HO
Nora Maulida Julia SPd, Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh. 

Islam Jadi Fondasi Moderasi Beragama, Ustadzah Nora: Kedepankan Dialog yang Moderat

SERAMBINEWS.COM - Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Ustadzah Nora Maulida Julia SPd  menegaskan bahwa Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin atau rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya sekadar kumpulan ritual ibadah, tetapi juga sumber kasih sayang, kedamaian, dan keadilan bagi seluruh ciptaan Allah. 

Menurutnya, konsep ini sangat berkaitan erat dengan prinsip moderasi beragama yang menampilkan wajah Islam yang toleran, inklusif, dan penuh kasih. 

“Islam hadir sebagai rahmat bagi semua, bukan hanya untuk umat Islam. Misi Nabi Muhammad SAW adalah membawa kedamaian dan keadilan universal,” ujarnya.

Hal itu merujuk pada firman Allah dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 107, yang artinya: “Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.”

Ustadzah Nora menjelaskan, moderasi beragama atau wasathiyyah adalah sikap keseimbangan antara ekstremisme dan liberalisme, yakni tidak terlalu keras dalam mempertahankan prinsip, namun juga tidak terlalu longgar hingga kehilangan arah. 

Dalam konteks ini, Islam yang rahmatan lil ‘alamin menjadi landasan kuat bagi umat Muslim untuk menumbuhkan sikap toleran dan menghormati keberagaman.

Ia menambahkan, Nabi Muhammad SAW menjadi teladan sempurna dalam penerapan moderasi.

“Rasulullah berinteraksi dengan berbagai kalangan dengan kasih sayang, kesabaran, dan keterbukaan. Itulah wajah sejati Islam,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Ustadzah Nora menyoroti tantangan ekstremisme dan radikalisme di era modern. Menurutnya, paham-paham sempit yang menafsirkan agama secara kaku dan fanatik telah mencederai citra Islam dan mengancam perdamaian. 

“Moderasi beragama menjadi solusi efektif untuk menangkis penyebaran paham-paham radikal tersebut. Islam mengajarkan rahmat dan keadilan, bukan kekerasan,” tegasnya.

Dalam kehidupan sosial dan kebangsaan, Ustadzah Nora menilai moderasi menjadi perekat penting dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. 

Prinsip Bhinneka Tunggal Ika sejalan dengan nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin, yakni mengajarkan hidup rukun dalam perbedaan.

“Tokoh agama, pendidik, pemerintah hingga masyarakat perlu terus menanamkan nilai moderasi ini melalui pendidikan dan dialog antaragama. Dengan begitu, kita bisa menjaga harmoni dan memperkuat persatuan bangsa,” katanya.

Ustadzah Nora mengingatkan sabda Nabi Muhammad SAW, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved