Mihrab
Khutbah Jumat - Ustaz Rahmadon: Teknologi Harus Jadi Alat Perlindungan, Bukan Ancaman bagi Anak
Ia menguraikan, perkembangan teknologi informasi dan kecerdasan buatan memperkenalkan dimensi baru dalam perlindungan anak.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Nurul Hayati
Selanjutnya, aktivis DDII Aceh ini menjelaskan, dalam perspektif Islam, Maqasid al-Shari’ah -- lima tujuan syariat yakni menjaga agama, akal, jiwa, harta, dan keturunan -- harus menjadi pemandu dalam memanfaatkan teknologi agar tidak menimbulkan kerusakan.
Al-Qur’an mengingatkan kita dalam Surat At-Tahrim ayat 6: "Dan jagalah dirimu serta keluargamu dari api neraka."
“Ayat ini menandaskan pentingnya perlindungan keluarga sebagai benteng utama dari segala bentuk kerusakan, termasuk kekerasan dan pengaruh negatif teknologi,” ujarnya.
Imam Al-Ghazali mengajarkan pentingnya kesadaran dan niat dalam menggunakan ilmu dan teknologi.
Ia membagi manusia dalam dunia digital menjadi empat kelompok: yang sadar dan berilmu; sadar tapi belum teraktualisasi; tidak sadar tapi siap belajar; dan yang tidak sadar sekaligus merusak.
Dalam konteks ini, manusia harus menjadi pengendali akal dan teknologi, bukan budaknya.
Ilmu tanpa niat dan kesadaran moral malah bisa membawa kehancuran, selaras dengan prinsip menjaga maqasid syariah.
Untuk mengatasi tantangan ini, tambah Ustaz Rahmadon, beberapa contoh praktis langkah-langkah berikut dapat diterapkan, pertama, orang tua dan guru dapat mengajarkan anak kemampuan kritis menyeleksi informasi, menggunakan gadget dengan bijak, dan mengenali konten negatif atau berbahaya.
Misalnya, mengadakan workshop literasi digital dan menetapkan aturan penggunaan gadget dalam rumah dan sekolah.
Kedua, menggunakan aplikasi parental control untuk membatasi konten yang tidak layak dan waktu penggunaan gadget, sekaligus mendorong anak beraktivitas offline seperti membaca buku, berolahraga, dan interaksi sosial langsung.
Ketiga, mengajak keluarga menetapkan “waktu tanpa gadget” secara rutin, misalnya saat makan bersama atau sebelum tidur, guna menjaga keseimbangan jiwa dan kesadaran kritis anak.
Keempat, sebelum membagikan, membuat, atau memanfaatkan konten digital, anak dan remaja diajak bertanya: apakah ini melindungi iman, akal, jiwa, dan masa depan saya. Jika tidak, hindari atau tolak konten tersebut.
“Dengan langkah-langkah ini, teknologi dapat berfungsi sebagai alat pemberdayaan anak dan pembentukan karakter, sekaligus menjadi benteng pelindung dari kekerasan dan dampak negatif digital,” pungkasnya. (*)
Baca dan Ikuti Berita Serambinews.com di GOOGLE NEWS
Bergabunglah Bersama Kami di Saluran WhatsApp SERAMBINEWS.COM
| Kemiskinan Spiritual Lebih Berbahaya dari Kemiskinan Material, Begini Penjelasan Prof Syamsul Rijal |
|
|---|
| Move On dan Memaafkan adalah Jalan Menuju Kedamaian Hati, Tgk Alizar: Cukuplah Masa Lalu Dikenang |
|
|---|
| Dari Montasik hingga Lhoong, Ini Daftar Khatib dan Imam Shalat Jumat di Aceh Besar 7 November 2025 |
|
|---|
| Di 85 Masjid Banda Aceh, Ini Daftar Khatib dan Imam Shalat Jumat pada 7 November 2025 |
|
|---|
| Tgk Zulmahdi di Masjid Agung, Ini Daftar Khatib dan Imam Shalat Jumat di Aceh Barat 7 November 2025 |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.