Opini

Keluarga Rentan Ancam Masyarakat Aceh

SAAT ini kerentanan keluarga di Aceh telah menimbulkan kegelisahan. Beberapa masalah sosial seperti remaja dan narkoba, prostitusi anak

Editor: hasyim
SERAMBINEWS.COM/IDRIS ISMAIL
Bupati Pidie, Roni Ahmad atau Absyik (Kiri) bersama Unsur Muspida Plus membakar Barang Bukti (BB) ganja sebanyak 411 Kg yang disita dari lima pelaku, Rabu (21/3/2018) di halaman Sat Narkoba Polres Pidie. 

Dalam kondisi kerentanan keluarga seperti ini, dunia menawarkan perubahan yang cepat. Arus besar globalisasi menerobos pintu dan dinding rumah tanpa permisi. Membawa keluar terutama anak dan remaja untuk menjauh dari nilai kearifan masyarakat. Anak dan remaja menjadi rentan terjerumus dalam pengaruh negatif. Sementara orang tua berada pada posisi yang sulit, tidak tahu harus memulai dari mana, lalu pada akhirnya menyerah. Ka hek ta peugah menjadi kalimat pemungkas yang diucapkan dalam situasi ketidakberdayaan.

Mengingat situasi kondisi kerentanan ini terus mengancam, maka sudah saatnya setiap keluarga bergegas memperkuat dirinya. Mulai memeriksa ketahanannya dan mencari jalan memperkuatnya. Secara sederhana, setiap keluarga dapat mengukur seberapa kuat ketahanan keluarganya. Misalnya dengan menghitung berapa waktu yang digunakan setiap anggota keluarga untuk berinterkasi intensif setiap harinya, dan berapa kegiatan bersama yang rutin dilakukan. Setiap keluarga harus memiliki waktu untuk interaksi intesif setiap harinya dan minimal ada dua kegiatan rutin bersama. Bagaimana mungkin ada keakraban jika jarang berinteraksi, dan jarang melakukan kegiatan bersama.

Tantangan terbesar adalah fakta bahwa waktu setiap anggota keluarga bersama gadget-nya, ternyata jauh lebih panjang dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan bersama keluarga. Khusus bagi laki-laki ditambah lagi dengan fakta bahwa waktu yang tersedia untuk keluarga sangat sedikit, bahkan nyaris tidak ada jika dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan di warung kopi. Maka banyak keluarga menjadi lembaga yang nyaris tanpa ada peran interaksi ayah atau suami di dalamnya.

Rumah tangga merupakan wadah untuk melakukan proses internalisasi nilai-nilai terhadap berbagai hak dan kewajiban anggotanya sehingga dapat terbangun harmonisasi. Peran dan fungsi masing-masing pihak harus terbentuk dengan baik. Karena, manakala peran dan fungsi masing-masing tidak berjalan, maka dapat menimbulkan disharmonisasi atau konflik yang meluas.

Berdasarkan hasil kajian ditemukan bahwa konflik rumah tangga diawali oleh tidak terjadinya komunikasi yang baik dalam keluarga, sehingga tidak ada komitmen nilai, atau jikapun ada, tidak terkomunikasikan dengan baik kepada seluruh anggota keluarga. Pada akhirnya, keluarga berubah menjadi lembaga yang kering, rapuh dan terancam rubuh. Lalu, pada gilirannya bergerak menggerogoti ketahanan masyarakat, jika kita tidak bergegas membenahinya. Nah!

Dr. Rasyidah, M.Ag., Dosen Prodi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Ketua Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Ar-Raniry, dan Presedium Balai Syura Ureung Inong Aceh. Email: rasyidah_safii@yahoo.co.id

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved