Mengulang Romantisme ‘Burung Besi’ Seulawah RI
Pesawat Seulawah RI mengepakkan sayapnya merebut kembali kemerdekaan dari tangan penjajah
Penulis: Nurul Hayati | Editor: Muhammad Hadi
Baca: Ahli Waris Pemegang Surat Obligasi Mengaku Dulu Pernah Dibentuk Tim Untuk Ditelusuri ke Jakarta

Menurut Pemerhati Sejarah Aceh, Abdurrahman Kaoy, saat itu Abu Mansor datang ke Pasar Atjeh memungut sumbangan dari warga yang berada di pasar tradisional samping Masjid Baiturrahman itu.
“Saudara Presiden! Kami rakyat Aceh dengan segala senang hati dapat memenuhi permintaan Presiden asal saja perang yang akan kami kobarkan itu berupa perang sabil atau perang fisabilillah, perang untuk menegakkan agama Allah sehingga kalau ada di antara kami yang terbunuh dalam perang itu maka berarti mati syahid,” jawab Daud Beureueh menanggapi permintaan Soekarno yang memanggil dirinya dengan sebutan kakak.
Dengan pesawat ini blokade Belanda bisa diterobos dan hubungan antara pemerintah pusat di Yogyakarta dengan daerah-daerah lain di Sumatra khususnya Aceh dapat diwujudkan.
Hal ini memperlancarkan roda pemerintahan kala itu. Namun agresi militer Belanda II pada 1948 memaksa pesawat ‘Seulawah’ berpangkalan dan beroperasi di Rangoon, Birma.
Baca: Saudagar Aceh Singkil Juga Punya Obligasi, Ini Jumlah Pernyataan Utang Pemerintah
Pun begitu sumbangsih pesawat pertama dan satu-satunya di Tanah Ibu Pertiwi saat itu tak dapat dinafikan.
Penerobosan blokade Belanda pada malam hari dengan mengangkat senjata dan mesiu ke pangkalan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar.
Mendirikan Indonesian Airways dalam rangka membantu pengadaan senjata dan mesiu pengadaan pesawat C-47 Dakota RI-007 dan RI-009.
Membantu membiayai perwakilan-perwakilan RI dan pendidikan calon penerbang serta teknisi AURI ke luar negeri.
Baca: Saat Pemegang Obligasi Pesawat Tagih Utang ke Bank Indonesia, Malah Dibilang ‘Terlambat Datang’
Baca: VIDEO - Pesawat Dakota DC-3 Seulawah RI 001 di Blangpadang Dibugarkan

Melalui pemancar radio Indonesia Airways berita-berita perjuangan di tanah air diteruskan ke beberapa perwakilan RI di luar negeri serta PBB.
Pesawat Seulawah RI mengepakkan sayapnya merebut kembali kemerdekaan dari tangan penjajah.
Simbol perjuangan dan pengorbanan. Dari Aceh untuk Indonesia.
Meski pun hubungan Aceh-Jakarta tidak selalu manis, tapi menyimpan romantisme masa lalu untuk dikenang. (nurul hayati)