Berita Internasional
Sekelumit Kisah Saddam Hussein, Tetap Bertahan Meski Merasa Tak Aman dan 'Digoyang' Amerika
Setelah bangun tidur, kegiatan pertama yang selalu dilakukan adalah berenang. Di semua istana dan rumahnya ada kolam renangnya.
Saddam Hussein memang tidak "menikmati" goyangan begitu banyak presiden AS, namun ia juga selalu diaduk-aduk oleh AS.
Baca: Dikabarkan Pacaran dengan Anak Bupati, Begini Reaksi dan Jawaban Fatin Shidqia Lubis
Baca: Kalahkah Southampton, Chelsea Tantang Manchester United di Final Piala FA
Mengapa Saddam sulit sekali digusur? Itu sebuah pertanyaan yang hingga kini belum bisa dijawab. Campur tangan kekuatan Amerika Serikat pun tak mampu menyingkirkannya.
Randy Stearns dalam tulisannya di ABCNEWS.com, misalnya, menyatakan, sudah lebih dari enam tahun CIA berjuang menumbangkan Saddam (baik atas perintah George Bush maupun Clinton), namun tidak pernah membuahkan hasil.
Misalnya, tahun 1991 CIA melancarkan aksi propaganda anti-Saddam dengan mengeluarkan dana AS $ 20 juta dan paling tidak AS.$ 11 juta diberikan kepada berbagai kelompok oposisi di Irak. Hasilnya?
Saddam masih tetap berkuasa. AS juga membantu mendirikan Kongres Nasional Irak – yang dibentuk kelompok oposisi - dengan memberi dana hingga AS $ 12 juta antara 1992 - 1996.
Dengan membantu pembentukan Kongres Nasional Irak yang dipimpin Ahmed Chalabi itu, AS yakin bisa menumbangkan Saddam. Biiktinya? Saddam masih pegang kendali Irak.
Baca: Ahsan/Hendra Raih Gelar Pertama Setelah ‘Rujuk’, Juarai Malaysia International Challenge 2018
Baca: Pecat Oknum BNN yang Berbisnis Narkoba!
CIA juga menebarkan kaki tangan dan sekutu mereka di Bumi Irak.
Sebut saja, mantan Jenderal Adnan Nuri. Ia merupakan sekutu penting CIA yang lalu direkrut untuk memimpin sebuah kelompok oposisi yang bermarkas di London, The Iraqi National Accord. Belakangan, ia lari ke Washington.
Semua itu hanya sebagian dari begitu banyak contoh usaha menggulingkan Saddam.
Memang, ia semakin terpuruk ke dalam posisi atau ruangan yang semakin sempit, baik karena rongrongan kekuatan oposisi di dalam negeri (yang terpecah-belah) dan kekuatan luar negeri.
Aksi militer yang dilancarkannya terhadap Iran tahun 1980, seperti membuat dirinya sendiri masuk ke dalam. ruang isolasi. Invasinya ke Kuwait tahun 1990 lebih membuat dirinya semakin terisolasi dari dunia luar.
Tetapi, inilah kehebatan Saddam. Meski negerinya terkena sanksi PBB yang diterapkan sejak Perang Teluk 1991 usai, ia tetap berdiri tegak dan kukuh. Meskipun sejak itu ia tak pernah meninggalkan negerinya dan jarang tampil di depan umum.
Pernah tersiar kabar, kekuasaannya makin melemah setelah dua menantunya dan sejumlah orang yang dekat dengan pusat kekuasaan pada Agustus 1995 membelot ke Yordania.
Ketika itu orang berpendapat, masa kekuasaannya akan segera berakhir setelah tersiar berita, percekcokan dan perseteruan di dalam keluarganya demikian hebat.
Baca: Stop Polemikkan Pergub Cambuk
Baca: Persiraja Santuni Anak Yatim
Namun, dugaan itu tidak terbukti. Yang terjadi justru sebaliknya. Pembelotan anggota keluarganya itu ternyata tak mampu memberi inspirasi bagi meletusnya sebuah pergolakan yang berujung pada jatuhnya Saddam, melainkan makin memperkuat dirinya.
Ketika dunia luar berkeyakinan bahwa kekuasaannya mulai kendur, Saddam justru ingin membuktikan, sangkaan itu salah sama sekali. Ia pada Oktober 1995 menggelar referendum.
Hasilnya? Lebih dari 99 persen rakyat Irak tetap mendukungnya.
Terlepas apakah hasil itu rekayasa atau bukan, yang pasti hingga kini, saat AS dan Inggris serta sekutunya menggempur Irak, ia tetap berkuasa dan dengan ketegasan sikap, tanpa rasa takut menanggapi serangan AS dalam nada menantang. Rakyat Irak pun bersorak-sorai mendukungnya.
Siapakah sebenarnya Saddam? Dia yang selalu menyebut dirinya "Paman" bagi seluruh rakyatnya. Dialah cerita yang belum selesai ditulis, yang membuat banyak orang selalu bertanya-tanya: siapa dia?
Baca: Setelah 12 Tahun Berlalu, Terungkap Lokasi Eksekusi Saddam Husein hingga Keberadaan Jasadnya
Baca: Detik-detik Saddam Hussein Digantung, Pegang Alquran dan Ucapan Syahadat yang Terputus
(Ditulis oleh Trias Kuncahyono. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 2003)
(Intisari-Online)