Kesehatan
Sarapan Lebih Siang, Sehatkah? Simak Penjelasannya
Tinggal jauh dari orangtua dengan budget pas-pasan, tentu anak kos harus bisa mengontrol pengeluaran agar tetap hemat.
SERAMBINEWS.COM - Walaupun sudah banyak penekanan bahwa sarapan di pagi hari itu baik bagi kesehatan, tapi masih saja ada sebagian orang yang lebih memilih sarapan di siang hari.
Yang seperti ini, biasanya dilakukan oleh mereka yang menyandang status sebagai 'anak kos'.
Tinggal jauh dari orangtua dengan budget pas-pasan, tentu anak kos harus bisa mengontrol pengeluaran agar tetap hemat.
Salah satu yang biasa mereka lakukan adalah dengan memangkas budget makan, yakni menggabungkan sarapan dengan makan siang.
Dan sekarang, kegiatan menggabungkan sarapan dengan makan siang ini justru jadi satu tren baru yang punya nama cukup keren : brunch.
Baca: Pemerintah Harus Tegas bagi Pekerja Asing
Baca: Emas Rp 1,9 Juta/Mayam
Brunch, secara etimologi adalah gabungan dari 'breakfast' yang artinya sarapan, dengan 'lunch' yang artinya makan siang.
Brunch biasa dilakukan pada jam-jam nanggung, sekitar pukul 9-10 di pagi hari.
Brunch sebenarnya sudah dikenal sebagai salah satu waktu makan di negara-negara barat, tapi tren ini baru digandrungi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Satu yang jadi pertanyaan, apakah brunch sehat dan baik untuk kesehatan?
Mansi Belani, pakar gizi dari Evolve Medspa, Mumbai mengungkapkan pada Indiantimes.com mengungkap satu keadaan yang membuat brunch menjadi alternatif yang kurang baik untuk kesehatanmu.
Belani mengungkapkan, biasanya orang cenderung mengonsumsi makanan yang berlebih saat brunch.
Hal ini dikarenakan perut sudah terlalu lama kosong sedari kita bangun tidur hingga waktu santap brunch tiba.
Secara psikologis, seseorang akan menjadi lapar mata dan kalap saat perut sedang dalam kondisi lapar.
Baca: Kabar Gembira
Baca: VIDEO - Main Bola Tidak Bekali Izin, Dua WNA Ini Akan Dideportasi
Selain itu, Belani menambahkan bahwa brunch bisa memicu penumpukan lemak pada tubuh seseorang karena jeda yang cukup lama pada waktu makan yang selanjutnya.
Otak butuh suplai glukosa dalam jumlah konstan secara teratur untuk dapat bekerja secara efisien.
Melewatkan salah satu waktu makan bisa membuat seseorang menjadi kekurangan nutrisi.
Maka dari itu, untuk membuat brunch kamu jadi lebih sehat, ada baiknya untuk memperhatikan empat faktor berikut ini.
Yang pertama adalah jenis menu.
Untuk menghindari penumpukan lemak seperti yang dikhawatirkan oleh Belani, sebaiknya pilih menu yang tinggi akan serat.
Mengutip dari Kompas.com, pilihlah menu makanan tinggi serat, protein, karbohidrat, dan lemak sehat.
Roti gandum utuh, kacang-kacangan, atau alpukat bisa kamu sertakan dalam menu brunch.
Yang kedua, adalah porsinya.
Jangan mentang-mentang karena menggabungkan dua waktu makan sekaligus kamu lantas makan dengan porsi membabi-buta.
Makanlah dengan porsi sewajarnya saja.
Baca: Soal Protes Paslon, KIP Subulussalam Nyatakan tidak Langgar Aturan
Baca: Dilaporkan Paslon ke Panwaslih Hingga DKPP, Ketua KIP Subulussalam: Kami akan Hadapi
Ketiga, kamu juga perlu memperhatikan waktu makannya.
Brunch di waktu yang terlalu siang akan membuat tubuhmu menumpuk lemak lebih banyak sebagai cadangan tenaga.
Tubuh memang akan kehilangan massa otot, tapi timbunan lemak justru makin menumpuk, dan ini bukanlah metode penurunan berat badan yang ideal.
Yang terakhir alias yang keempat, adalah tujuannya.
Sebaiknya jangan jadikan brunch sebagai kebiasaan.
Bagaimanapun, makan teratur dengan tiga waktu yakni sarapan, makan siang, dan makan malam, adalah waktu yang ideal.
Agar terhindar dari rasa malas dan tetap hemat, kamu bisa mengonsumsi biskuit gandum utuh pada pagi hari sebelum memulai rutinitas. (*)
Artikel ini telah tayang di grid.id dengan judul Sarapan Lebih Siang, Sehat Nggak Sih?