Kupi Beungoh
Ali Banat, Pemuda Tampan Berhati Malaikat
Ketika ditanya mengapa dia menyebut kankernya sebagai hadiah, dia berkata, "Karena Allah telah memberi saya kesempatan untuk berubah."
Oleh: Munawar AR*)
MUNGKIN nama Ali Banat bagi kita terasa asing. Tapi apa yang telah dia lakukan sungguh terpuji dan mengagumkan bahkan hampir tidak dilakukan oleh banyak orang kaya lainnya. Ia sumbangkan semua harta sebelum Allah SWT memanggilnya.
Ali Banat lahir di Sidney Australia, 16 Februari 1982. Pada usia 33 tahun atau tahun 2015, dia telah menikmati kehidupan yang mewah. Perusahaan keamanan dan listrik yang didirikannya berkembang pesat.
Pada Oktober 2015, dia didiagnosis dengan karsinoma adenoid stadium 4, jenis kanker mulut yang langka.
Para dokter mengatakan, Ali hanya memiliki waktu tujuh bulan untuk hidup.
Hal ini kemudian membuat hidupanya berubah, dia menjual harta-harta miliknya untuk disumbangkan kepada orang yang membutuhkan, melalui Yayasan Amal Muslim Around The World (MATW).
MATW ini menjalankan proyek amal yang berfokus pada penyediaan makanan, pendidikan, dan program bantuan kemanusiaan lainnya di negara-negara Afrika seperti Togo, Ghana dan Burkina Faso, serta Bangladesh.
Ia menjadi terkenal setelah kerap menyampaikan inspirasi dan semangat hidup melalui media sosial.
Salah satu videonya yang terkenal adalah film dokumenter berjudul "Gifted With Cancer".
Video yang mengangkat kisah hidup Ali Banat ini diproduksi oleh komunitas Muslim di Australia.
Dalam video itu, Ali Banat antara lain menyebut bahwa kanker yang dideritanya adalah hadiah (anugerah) dari Allah kepada dirinya.
Ketika ditanya mengapa dia menyebut kankernya sebagai hadiah, dia berkata, "Karena Allah telah memberi saya kesempatan untuk berubah."
Mendapatkan kanker, katanya, mengajarinya untuk bersyukur atas hal-hal yang biasa dia terima, seperti "menghirup udara segar".
(Baca: Sebelum Meninggal, Ali Banat Minta Didoakan, Tak Bisa Bicara Hanya Memberi Isyarat Tangan)
Ali menghabiskan beberapa tahun berikutnya mendedikasikan hidupnya untuk pekerjaan kemanusiaan dan ketika dia sehat, bahkan dapat secara pribadi mengunjungi komunitas yang diuntungkan dari proyeknya.
Dengan uang tersebut, Ali telah berhasil membangun rumah bagi lebih dari 200 janda, masjid, sekolah, rumah untuk 600 anak yatim piatu, rumah sakit atau pusat medis, hingga membantu pengembangan bisnis warga setempat
Dia meninggal hampir tiga tahun kemudian pada 29 Mei 2018. Ratusan pelayat menghadiri pemakamannya pada 30 Mei 2018. Sarjana Islam Australia Sheikh Abu Bakar Zoud memimpin doa dan memimpin pemakamannya.
Lantas mengapa kematiannya menjadi berita utama di situs-situs berita terkemuka dunia?
Tentu bukan hanya sekedar Ali meninggal karena menginap kanker. Karena banyak juga pesohor dunia yang meninggal karena kanker, tapi berita kematiannya tidak seheboh Ali Banat.
Menurut penulis ada beberapa hal yang menjadi faktor hingga berita kematian Ali Banat menghiasi lini massa pengguna medsos hingga jadi trending topik media dunia.
Pertama, Ali Banat mencapai puncak kejayaannya di masa muda. Dalam usia 33 tahun dia telah memiliki segala Harta Ali tercatat mencapai US$1.041.438 (setara RpRp14 miliar).
Kedua, Tak hanya kaya raya, Ali Banat juga dianugerahi wajah rupawan dan hati mulia. Kedermawanannya menyadarkan kita bahwa kekayaan harta hanya titipan semata.
Ketiga, Ali Banat, adalah seorang pemuda muslim tampan yang kaya raya, lahir dan besar di negara nonmuslim Australia. Sesuatu yang tentunya sangat jarang terjadi di dunia.

Keempat, Ini adalah yang paling menggugah kesadaran manusia, muslim maupun nonmuslim, bahwa Ali menerima dengan lapang dada vonis kematian yang dijatuhkan dokter setelah mendiagnosa penyakit kanker yang dideritanya.
Dari video yang diproduksi komunitas muslim Australia, ketika dialog antara Ali mengatakan penyakit kanker yang dideritanya adalah anugerah dari Sang Pencipta.
‘’Mungkin ini titik balik dalam kehidupanku, Alhamdulillah Allah telah menganugerahiku penyakit kanker yang telah menyebar ke seluruh tubuhku, dan saya merubah keseluruhan kehidupanku dengan membantu orang.’
Di percakapan selanjutnya Ali juga mengutarakan.
‘’Semua itu dimulai ketika aku pergi ke kuburan, saat ada seorang teman yang mengidap kanker kemudian meninggal dunia. Dari sana kemudian saya berpikir, setelah kita masuk kubur, tidak ada siapa-siapa lagi, tidak ada seorang pun yang dapat menolong kita, tidak ibu, ayah, maupun saudara, kecuali amal baikmu. Bahkan uangmu tidak akan menolongmu lagi.’’
Kelima, Ali adalah pendiri lembaga amal Yayasan Amal Muslim Around The World (MATW). Sehingga namanya begitu dikenal di kalangan pekerja kemanusiaan di dunia, terutama di Australia dan Afrika, tempat dia telah mewakafkan mayoritas hartanya dalam tiga tahun terakhir.
Namun, dari lima faktor tersebut, faktor keempat inilah yang menurut penulis akan sangat jarang ditemui pada seorang pemuda tampan, kaya raya, meski mengidap penyakit kanker mematikan.
Lihat saja, berapa banyak orang kaya dan pesohor dunia yang divonis mengidap penyakit kanker mematikan, tetap bekerja keras mengumpulkan hartanya.
Jika pun ada pesohor dunia yang mendirikan lembaga amal dengan harta, tapi sangat jarang ditemukan orangnya adalah pemuda yang tampan seperti Ali Banat.
Begitulah, Ali Banat telah mengajarkan kita agar jangan terlalu larut mencintai dunia. Karena usia muda, wajah rupawan, dan harta berlimpah, tak akan mampu menyelamatkan kita dari kematian.
Ali telah benar-benar mendedikasikan seluruh harta dan jiwa raganya untuk bersiap memenuhi panggilan Sang Khalik. Bahkan di akhir wawancara ia pun mengatakan keinginannya bertemu dengan Allah SWT dalam keadaan yang sebaik-baiknya.
Maka, sangat pantaslah jika kematiannya ditangisi dunia. Padahal dia bukanlah ulama, kiyai ataupun Ustaz. Banyak doa mengalir mengiringi kepergiannya.
Innalillahi wainnalillahirajiun. semoga Allah memberikan tempat yg indah disisiNYA . Dia begitu menginspirasi setiap orang bahkan membuat kita iri pada kedermawanannya. Semoga Allah SWT melapangkan kuburnya dan menempatkannya di Surga tertinggi.

*) Penulis, Munawar AR adalah Sekretaris DPD II KNPI Aceh Besar, tinggal di Kuta Baro, Aceh Besar.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.