Jurnalisme Warga

Kosmologi Singkil; Menjadi Manusia dengan Tulak Bala  

Modernisasi adalah hal yang tak bisa dilawan. Semakin canggih alat komunikasi dan teknologi alih-alih membuat hidup kita semakin bermakna

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Kosmologi Singkil; Menjadi Manusia dengan Tulak Bala   
IST
NURHALIMAH ZULKARNAIN, S. Sos., pegiat budaya, penari tarian tradisional, dan alumnus Sosiologi Agama di Universitas Islam Negeri UIN Ar-Raniry, melaporkan dari Cibubuken, Aceh Singkil

Namun, tidak seperti tahun-tahun yang lalu, sudah dua tahun ini tulak bala di kampung saya dilakukan di lokasi Pekan Harian Lipat Kajang, Aceh Singkil. Biasanya selalu di lapangan terbuka dan duduk di bawah pohon besar yang rindang, di samping balukhen  (sungai kecil).

Tulak bala  sebagai aplikasi sosial dan penyambung komunikasi komunal warga barangkali akan semakin ditinggalkan oleh kaum milenial Singkil karena dianggap kurang praktis dan lebih parahnya lagi dianggap sebagai inovasi yang merusak teks-teks jurisprudensi Islam klasik.

Kendati demikian, tulak bala  dari dulu sampai sekarang tetap memegang satu prinsip: apa pun yang terjadi, keselamatan dunia akhirat adalah bagaimana kita bisa berdampingan secara sosial dalam suasana harmonis dengan tetangga, saudara, dan alam. Itulah, antara lain, kosmologi khas Singkil yang masih lestari hingga kini. Entah sampai kapan tradisi ini bisa bertahan.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved