Wali Murid Aniaya Guru

Kunjungi Guru Honorer yang Dianiaya, Kadisdikbud Subulussalam: Diprioritas Jadi Guru Kontrak 2020

Kisah penganiayaan guru honorer di Sekolah Dasar Negeri (SD) Jambi Baru, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam menjadi perhatian publik

Penulis: Khalidin | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/KHALIDIN
Kadisdikbud Kota Subulussalam, Sairun SAg 

Laporan Khalidin I Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Kisah penganiayaan guru honorer di Sekolah Dasar Negeri (SD) Jambi Baru, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam hingga kini masih menjadi perhatian publik.

Simpati dan empati terus mengalir kepada sosok Rahmah Ama.Pd, guru honorer yang dianiaya wali murid beberapa hari lalu hingga mengalami luka memar dan jilbabnya robek.

Terkini, Minggu (24/11/2019) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kota Subulussalam, Sairun S.Ag bersama rombongannya berkunjung ke kediaman sang guru honorer di Desa Jambi Baru.

Dalam kunjungan tersebut, Kadisdikbud Sairun mengecam keras atas tindakan kesewenangan terhadap guru di sana.

Oknun PNS Aceh Selatan Diduga Curi Kotak Amal, Aksi Ketiga Terekam CCTV, Diperiksa di Polres Abdya

Kadisdikbud Sairun pun secara tegas menyatakan mendukung upaya hukum yang ditempuh sang guru ini demi keadilan dan keamanan para pendidik di negeri itu.

Kecuali itu, Sairun meminta dan mendukung pihak kepolisian yang sudah mulai memproses kasus ini sampai tuntas.

Menurut Sairun, peristiwa ini harus menjadi pelajaran bagi semua pihak bahwa tindakan main hakim sendiri tidak dibenarkan oleh hukum.

Dia mengimbau jika pun ada permasalahan di sekolah di sana terdapat  kepala sekolah, komite sekolah dan Dinas Pendidikan tempat berdiskusi.

Kecam Kasus Penamparan Guru di Subulussalam, Jaminuddin: Anak Kita Bisa Pintar karena Jasa Guru

”Semuanya harus memahami mekanisme bila ada persoalan. Bukan melakukan tindakan main hakim sendiri. Apa yang terjadi terhadap saudari Rahmah ini semoga tidak terulang dan kami selaku dinas mendukung upaya hukum dalam penyelesaiannya,” tegas Sairun

Di sisi lain, Sairun menyatakan rasa bangga terhadap sosok Rahmah yang telah mengabdi sebagai guru honorer selama 14 tahun guna mendidik anak-anak di daerahnya.

Maka itu, Sairun pun mensupport Rahmah agar tidak patah semangat dalam pengabdian terhadap negeri yang tak ternilai itu.

Bahkan, Sairun mempersilakan kepada sang guru korban penganiayaan untuk memilih sekolah tempat dia mengajar.

Dikatakan, jika Rahmah masih merasa trauma hingga merasa kurang nyaman di sekolah tempat dia mengajar selama ini, Kadisdikbud Subulusalam memberi peluang pindah.

Satu Rumah di Keumala Pidie Diterjang Erosi Krueng Keumala, di Caleu Pohon Tumbang Timpa Rumah

Rahmah bebas memilih sekolah mana yang dia inginkan untuk menjadi tempat mengajar.

Hal lain yang diberikan Dinas Pendidikan Subulusalam terhadap Rahmah yakni akan diprioritaskan menjadi guru kontrak pada 2020 mendatang.

”Korban ini sudah  14 tahun mengabdi jadi honorer, tahun depan akan diprioritaskan jadi kontrak. Kemudian kalau dia mau pindah karena mungkin sudah tidak nyaman kami berikan peluang dan bebas memilih di mana pun sekolah yang dia sukai," pungkas Sairun

Sebagaimana heboh dalam berita, peristiwa miris mengguncang dunia pendidikan di Kota Subulussalam tepat beberapa hari sebelum momen peringatan Hari Guru Nasional (HGN).

Seorang wali murid tega menganiaya guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Jambi Baru, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam, Rabu (20/11/2019) lalu.

Sungguh terenyuh menyaksikan persitiwa ini di mana seorang guru honorer yang berkorban ketika melaksanakan tugas mulia mendidik.

Sejarah mencatat  kejadian miris ini dengan tinta hitam dunia pendidikan dan moralitas masyarakat.

Sehatkah Jantung Anda? Coba Sentuh Ujung Kaki, Kita akan Segera Tahu Jantung Bermasalah Atau Tidak

Sikap hormat terhadap guru yang kini semakin sirna bahkan sebaliknya, justru dikasari.

Guru yang menjadi korban penganiayaan wali murid itu bernama Rahmah, Ama. Pd (35) wali kelas III B.

Rahmah merupakan guru berstatus honorer yang mengabdi selama 14 tahun terhitung 22 Juli 2005 silam.

Pengabdian putri kedua alm. Marhaban, mantan kepala Desa Jambi Baru selama 14 tahun mengajar anak di tempat kelahirannya berbuah pahit karena dibalas dengan penganiayaan oleh wali muridnya.

Rahmah adalah alumni SMAN 1 Simpang Kiri dengan pendidikan terakhir DII PGSD sudah mengabdi di SDN Jambi Baru sejak tahun2005 hingga 2016 lalu sebagai honorer sekolah dengan upah Rp 300.000 per bulan.

Suatu upah yang sangat tidak pantas dengan pengabdiannya mendidik anak bangsa.

Namun, meski upah yang jauh dari kelayakan, ibu dua orang anak ini tetap menggelutinya dengan satu tekad mendidik anak-anak di desanya.

VIRAL VIDEO Penangkapan Tuyul Dimasukkan dalam Toples, Warga Ngaku Banyak yang Kehilangan Uang

Lalu, sejak tahun 2017 lalu sampai  sekarang Rahmah masuk dalam daftar guru honorer Pemko Subulussalam dengan upah Rp 800.000 per bulan.

Angka Rp 800.000 per bulan sebenarnya belum lah layak untuk seorang guru yang mengajar anak-anak negeri ini, namun ini tetap dilakukan Rahmah lagi-lagi demi anak daerahnya.

Sebab, Rahmah tak lagi punya peluang menjadi PNS jika rekrutmen jalur umum lantaran usianya telah mencapai 35 tahun.

Dia hanya berharap manakala ada keajaiban yang dalam istilah honorer disebut ‘pemutihan’ dapat mencicipi dunia ASN.

Tapi semuanya hanya angan-angan yang tak bisa terlalu diharapkan.

”Yang penting tujuan utama saya mengabdi untuk daerah, karena memang latar belakang pendidikan saya guru,” kata Rahmah dalam perbincangan dengan Serambinews.com, Minggu (24/11/2019)

Meski tugas hampir sama bahkan mungkin di beberapa daerah malah lebih berat dengan yang berstatus PNS, guru honorer tidak pernah akan mendapat penghargaan dalam pengabdiannya puluhan tahun sekalipun.

Justru, tak jarang guru mendapatkan perlakukan tak pantas seperti yang dialami Rahmah.

Kapal Pesiar Seabourn Encore Sandar di Sabang  

Jangankan mendapat Satya Lencana dianugerahkan sebagaimana dalam dunia Pegawai Negeri Sipil, sebagai penghargaan yang dalam melaksanakan tugasnya telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, dan kedisiplinan serta telah bekerja terus menerus sekurang-kurangnya 10 tahun, 20 tahun, dan 30 tahun

Rahmah justru dianiaya oleh wali muridnya sendiri hingga jilbab yang dikenakan robek dan mengalami memar atau bagian tubuh memerah akibat ditampar dan dicubit.

Bukan hanya itu, perlakukan ‘persekusi’ juga kerap dialami oleh Rahmah dalam kurun dua bulan terakhir oleh wali murid yang sama.

Pertama, Rahmah didatangi sang wali murid 26 Oktober 2019, kemudian 14 November 2019 dan terakhir 20 November 2019 yang berakhir dengan penganiayaan.

Penganiayaan terjadi di saat para guru di negeri ini akan memperingati Hari Guru Nasional (HGN) yang berlangsung Senin (25/11/2019) besok.

Tubuh Rahmah yang kecil tak berdaya melawan ganasnya wali murid sang penganiaya dengan postur tubuh lebih besar.

Terdapat warna merah bagian lengan Rahmah akibat penganiayaan yang sempat diabadikan dengan kamera handphone.

“Saya tak tau bagian mana yang duluan dipukul, karena situasi sudah heboh, saya terus diserang ditampar dan dicubit, jilbab saya dijambak sampai koyak,” terang Rahmah

Penganiayaan dan penyerangan bukan hanya membuat Rahmah terluka dan shock tapi, putra pertamanya Prasetia Aulia Rahman yang masih duduk di kelas satu hingga sekarang masih trauma.

Sampai saat ini, sang putra bu guru ini masih ketakutan manakala melihat orang karena sering menyaksikan ibunya diserang dengan kata-kata kasar dan keras.

Saat tamu datang silih berganti memberi support kepada Rahmah, sang putra tampak duduk di bagian belakang tubuh sang bunda, tak mampu menatap orang.

Saat dihubungi Serambinews.com, via telepon seluler, meski beberapa kali harus berhenti berbicara lantaran masih dalam kondisi sakit dan bantuk, Rahmah bercerita kronologis penganiayaan yang dia alami.

Dia mengaku mengalami penamparan dan dicubit kuat.

Waktu itu, kata Rahmah kepalanya sempat memar dan bengkak. Peristiwa itu terjadi Rabu (20/11/2019) pukul 10.30 WIB.

Dikatakan, seperti biasa meski tidak ada jam mengajar sebagai guru dia tetap masuk ke sekolah.

Rahmah adalah wali kelas III B, dan beberapa waktu sebelum kejadian tepatnya 22 Oktober anak pelaku berkelahi dengan teman sekelasnya.

Pondok Santri Tanah Merah Aceh Singkil yang Terbakar dalam Keadaan Kosong

Saat itu, Rahmah sedang menulis di papan tulis dan diberitahu jika sang murid menangis. Lalu sebagai wali kelas, Rahmah mendamaikan sang murid karena hanya masalah kecil.

Lalu, lanjut Rahmah berselang sepekan yakni Sabtu (26/10/2019) lalu wali murid berinisial SN datang ke dalam kelas saat proses belajar sedang dimulai dan menghampiri langsung anaknya.

Rahmah sempat menanyai sang murid mengapa ibunya datang dan ternyata SN (sebelumnya tertulis SH) mendengar hingga kembali masuk.

Terjadi cekcok antara sang wali murid dengan Rahmah.

Wali murid memprotes soal anaknya yang berantem dan tidak terima.

Rahmah berusaha menjelaskan saat kejadian dia tengah menulis sehingga tidak melihat, namun sudah didamaikan.

Lagipula, perkelahian sang murid diawali anak pelaku.

Rahmah juga menjelaskan bagaimana dia harus mengendalikan 31 murid di kelas tersebut yang notabene memiliki karakter berbeda.

Pimpinan KKB Papua Iris Murib Terkenal Sadis, Pernah Rampas 8 Senjata dan Amunisi Saat Serang Polsek

Padahal, kata Rahmah di rumah saja kadang hanya mengurus dua anak bisa juga tidak melihat manakala mereka berkelahi.

Wali murid itu menegaskan jika anaknya di rumah sosok disiplin.

Sang wali murid pun mennyinggung Rahmah masih guru honorer hingga menyampaikan kata-kata kotor yang tak pantas.

Terjadi keributan hingga membuat beberapa guru di sana berdatangan.

Dalam video yang beredar tampak wali murid mengeluarkan ucapan bernada penghinaan menyebut guru dan kepala sekolah dengan kata T**k dan M****t.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved