Opini

Guru Era Nadiem Makarim  

Keputusan Presiden Joko Widodo yang memilih Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membuat publik

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Guru Era Nadiem Makarim   
IST
Ridwan, S.ST, M.T, Dosen Pendidikan Teknik Elektro UIN Ar-raniry, Anggota FaMe Pidie Raya

Oleh Ridwan, S.ST, M.T, Dosen Pendidikan Teknik Elektro UIN Ar-raniry, Anggota FaMe Pidie Raya

Keputusan Presiden Joko Widodo yang memilih Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membuat publik terkejut. Sebuah keputusan berani yang diambil Presiden yang menjadikan seorang anak muda menempati posisi penentu arah pendidikan Indonesia. Nadiem Makarim bukanlah seorang professor dan bukanlah seorang ahli pada bidang Pendidikan. Nadiem yang lulusan Master of Business Administration (MBA) Harvard Bussiness School merupakan produk anak muda yang dikenal masyarakat Indonesia ketika menjadi CEO aplikasi GoJek. Bidang pekerjaannya yang bisa dikatakan tidak ada sangkut pautnya dengan pendidikan.

Ketika masyarakat Indonesia berbicara tentang pendidikan, semua akan membayangkan tentang sekolah, guru, siswa, kurikulum bahkan sampai kepada persoalan kurangnya sarana dan prasarana yang masih menjadi persoalan.

Terlepas dari permasalahan dunia pendidikan Indonesia, Jokowi sangat visioner memilih Nadiem Makarim. Indonesia harus bergerak cepat memajukan dunia pendidikan khususnya dalam pemanfaatan teknologi. Indonesia adalah pangsa pasar bagus untuk produks digital. Perubahan pada dunia pendidikan sangat mutlak diperlukan untuk menjadikan Indonesia unggul dan mandiri untuk kebutuhan teknologi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan merupakan agen yang kompeten dalam melakukan perubahan. Guru merupakan sorotan utama membawa pendidikan Indonesia yang lebih maju. Era Industri 4.0 yang menuntut 3 literasi baru yaitu literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia, menuntut para guru harus punya kemampuan lebih dalam mendidik siswa.

Kebijakan Nadiem

Nadiem Makarim memiliki lima kebijakan mengembangkan pendidikan di Indonesia, (lihat website Kemendikbud). Kelima kebijakan tersebut, pertama memprioritaskan pendidikan karakter, kedua memotong semua regulasi yang menghambat terobosan dan peningkatan investasi, ketiga, kebijakan pemerintah harus kondusif untuk menggerakkan sektor swasta agar meningkatkan investasi di sektor pendidikan, keempat, semua kegiatan pemerintah berorientasi pada penciptaan lapangan kerja.

Dari kelima kebijakan tersebut, kebijakan untuk mencapai pendidikan berkarakter, pendidikan yang inovatif dan penguatan teknologi untuk pembelajaran, guru merupakan aktor utama untuk mencapai hal tersebut. Nadiem adalah seorang anak muda inovatif yang suka perubahan untuk memberikan kemudahan. Aplikasi GoJek merupakan salah buktinya memberikan solusi penciptaan lapangan kerja bagi ribuan masyarakat Indonesia.

Bukan tidak mungkin jika nantinya, Nadiem menuntut para guru agar mampu memberikan pembelajaran kepada peserta didiknya dengan tujuan lahirnya ide-ide inovatif. Guru harus mampu menjadi agen perubahan yang mampu membekali peserta didiknya karakter dan attitude yang pas untuk menghadapi perubahan yang sesuai dengan keinginan Jokowi.

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang daerahnya tersebar dari Sabang sampai Merauke dan mempunyai jumlah suku bangsa terbanyak. Tentu hal ini akan menjadi pekerjaan besar bagi Nadiem untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Keinginan Jokowi agar pendidikan Indonesia dapat memberikan kemudahan murid dalam belajar dan guru dalam memberikan pembelajaran dapat diatasi dengan pemanfaatan teknologi. Pembelajaran menggunakan aplikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas guru di Indonesia. Tentu saja hal ini akan menjadi pekerjaan terbesar bagi Nadiem dengan melihat kondisi pendidikan di Indonesia yang belum merata.

Bagi guru, bukanlah suatu hal yang mudah mengubah model pendidikan secara langsung di kelas menggunakan aplikasi. Kemampuan menguasai TIK merupakan hal utamanya. Seorang guru yang masih muda mungkin tidak akan sulit memanfaatkan aplikasi untuk pembelajaran. Bagi uru yang sudah 50 tahun ke atas, pemanfaatan aplikasi untuk pembelajaran kemungkinan besar akan mengalami kendala karena ketidakmampuan penguasaan TIK.

Pemanfaatan fasilitator

Yang dimaksud fasilitator dalam hal ini adalah guru memfasilitasi siswa dengan menjadi mitra ataupun pendamping. Pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi aktif mengikuti proses pembelajaran. Dengan dilengkapi penerapan teknologi baik itu yang sudah disiapkan dari pihak sekolah, ataupun yang dimiliki siswa dapat berimbas pada meningkatnya prestasi belajar siswa. Selain itu, adanya teknologi yang dapat diakses di luar sekolah seperti internet dapat mempermudah siswa memperoleh informasi yang dibutuhkannya.

Era pendidikan 4.0 menuntut guru harus mampu menjadi seorang fasilitator pembelajaran yang mampu mengendalikan konten dan arah pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan. Guru harus memiliki kreativitas dan keberanian menuntun siswa dalam menemukan pelajaran yang disenanginya. Pemanfaatan media pembelajaran berbasis teknologi salah satunya bisa digunakan untuk menciptakan pembelajaran yang menarik. Guru perlu memiliki keterampilan dan kompetensi dalam merancang suatu media pembelajaran.

Permasalahan karakter

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved