Citizen Reporter
Xining, Kota Muslim Dataran Tiongkok, Masjid Tertua Hingga Pedagang Tinggalkan Dagangan untuk Shalat
Xining memiliki jumlah penduduk muslim sekitar 1,1 juta jiwa tercatat per 2019.
Xining memiliki jumlah penduduk muslim sekitar 1,1 juta jiwa tercatat per 2019.
Siti Mawaddah, Mahasiswi S2 Jurusan Criminal Law di Hubei University, melaporkan dari Xining, Tiongkok
ALHAMDULILLAH saya bersama ke-empat teman saya akhirnya berkesempatan mengginjakkan kaki di Xining, yang menjadi ibu kota dari Provinsi Qinghai, Tiongkok Barat Laut.
Xining memiliki jumlah penduduk muslim sekitar 1,1 juta jiwa tercatat per 2019.
Pertama kali sampai di kota ini saya terkejut bukan main.
Rasa bahagia tiba tiba menyelusup masuk ke dada melihat sepanjang perjalanan terdapat banyak kaum hawa shalehah bermata sipit berkulit putih berbalut khimar menutup dada.
Selain itu juga kaum adam berpeci putih khasnya itu, sebagai pembeda dengan suku hui, penduduk mayoritas Tiongkok yang bukan beragama Islam.
• Mulai Siang Besok, Berpotensi Terjadi Cuaca Ekstrim di Wilayah Aceh, Ini Data Prediksi BMKG
Takjub ku menjadi-jadi, pemandangan ini membawa perasaanku terbang ke kampung halaman di negeri.
Sebab sebelumnya saya tidak pernah menemukan orang muslim sebanyak ini di Negeri Tirai Bambu yang kita kenal berideologi komunis ini.
Musim gugur lalu, saya dan teman–teman yang kami namai dengan Rihla Para Soliha, memutuskan untuk membawa penanak nasi protable kecil yang akan digunakan untuk merebus telur, sayur dan menanak nasi bila tak dapat menenui kedai berlogo 清真 (read-qingzhen : Halal).
Namun di xining tak perlu khawatir, makanan halal berjejar di sepanjang toko-toko sejauh mata memandang.
Menurut seorang Imam besar Masjid Nanguan, Muhammad namanya, terdapat 239 masjid di kota Xining dan saya hanya berkesempatan mengunjunggi 2 masjid saja yaitu Masjid Dongguan dan Masjid Nanguan.
• Wali Kota Perintahkan Karaoke dan Warnet tak Berizin Serta Langgar Syariat Islam Ditutup
Masjid Dongguan dalam bahasa cina disebut 东关清真大寺 pinyin: Dōngguān Qīngzhēnsì, masjid tertua dan terbesar di Provinsi Qinghai, kota xining, Cina.
Masjid ini terletak di jalan Dongguan.
Masjid Dongguan dibangun pada tahun 1380 di masa Dinasti Ming (1368-1644), kira – kira 600 tahun sudah usianya dengan renovasi berkali kali.
Awalnya Masjid Dongguan hanyalah sebuah bagunan yang terbuat dari kayu dengan ukiran Cina kuno.
Bangunan lama Masjid Dongguan kemudian dipindahkan ke sebuah desa di Xining kemudian dibangun Dongguan yang baru, dengan desain interior perpaduan antara arsitektur tradisional Cina dan arsitektur gaya klasik Masjid Nabawi.
Masjid ini memiliki lengkungan berwarna putih di sepanjang bagian luar, dengan kubah berwarna hijau dan dua menara yang menjulang tinggi.
Dengan penampilannya yang megah dan ornamen yang mempesona, Masjid ini tidak hanya terkenal dengan arsitekturnya yang megah tetapi juga sebagai pusat pendidikan agama dan sebagai institusi pembelajaran Islam tertinggi di Xining.
• Gerakan Masyarakat Pidie Gelisah Serahkan RAPBK 2020 versi Warga, Minta Dewan tak Kongkalikong
Masjid ini berdiri megah di area seluas 13.602 meter persegi dengan luas bangunan 4.654 meter persegi yang dapat menampung lebih dari 3.000 jamaah.
Masjid Dongguan hingga sekarang menjadi tempat ibadah dan pertemuan penting bagi umat Islam di Xining.
Masjid Dongguan juga memiliki museum yang di dalamnya terdapat poster-poster yang menjelaskan prosesi melahirkan dalam islam, cara mentalkin mayit dalam Islam, menyajikan berbagai makanan halal dan minuman teh khas kota Xining, pakaian adat, barang-barang antik seperti teko, guci dan lain-lain.
Maha baik Allah yang menakdirkan saya mengunjungi masjid ini pada hari Jum’at.
Rasa takjub semakin menjadi-jadi saja ketika melihat jamaah shalat Jum’at berhamburan dengan pakain hitam-hitam kopiah putih seperti gerombolan semut yang meninggalkan sarang.
Tak putus-putus, sekurang-kurangnya jama’ah shalat Jumat yang datang hari itu sekitar 5.000 orang.
• Sejumlah Desa di Matangkuli Kembali Terendam Banjir
Begitu kata yusuf, lelaki muallaf yang dikenalkan oleh Ahong Muhammad kepada kami.
Tak heran, jalan-jalan kecil diantara gang-gang masjid pun terisi oleh barisan laki laki bermata sipit itu.
Ketika azan dikumandangkan dari pengeras suara yang bahkan terdengar dari radius 1 km itu, gerobak dagangan diparkirkan begitu saja.
Mulai dari apel, roti goreng, jeruk, kaus kaki, teh, tergelatak tanpa penjaga, beberapa gerobak dan toko dijaga oleh istri dan anak anak perempuan yang tidak menunaikan shalat Jum'at.
Tak jauh dari Masjid Dongguan, juga terdapat masjid yang tak kalah indah dan megah, Masjid Nanguan namanya, namun di masjid ini tidak dapat dilaksanakan shalat Jumat.
Masjid penyelenggara shalat Jum’at akan ditentukan berdasarkan region.
• Soal Amandemen UUPA, Ghazali Abbas Adan: Hapuskan Saja Lembaga Wali Nanggroe
Di Tiongkok, hanya masjid-masjid tertentu saja yang dapat melaksanakan shalat jumat, dengan imam dan khatib pilihan pemerintah.
Mereka harus diseleksi terlebih dahulu dengan tema khutbah yang diawasi ketat oleh pemerintah. CCTV mengawasi tiap jengkal sisi masjid.
Meski begitu, semua masjid di Tiongkok dapat melaksanakan shalat berjamaah setiap waktu, namun yang berbeda, ruang sholat untuk muslimahnya sedikit berbeda, biasanya dibangun gedung kecil atau ruangan di sisi belakang masjid.
Perempuan dan laki-laki benar-benar terpisah.
Perempuan-perempuan berjamaah hanya mendengar bacaan sholat sang iman lewat pengeras-pengeras suara yang dipasang di sisi kiri dan kanan ruangan.
Selain hal diatas, ada satu hal yang menarik dengan kostum yang mereka gunakan.
Mereka berbusana sesui musim.
Pada musim dingin, jamaah akan datang bergerombol dengan pakain serba hitam, bila musim panas datang, mereka akan mengenakan serba putih.
Nampaknya karena hitam dapat menyimpan panas untuk melindungi diri dari tusukan angin dingin dan suhu -13 derajat celcius. (*)
