JURNALISME WARGA
Berwisata ke Kota Santri, Ada Sumur Tak Pernah Kering
SIAPA yang tidak pernah mendengar kata pesantren, lembaga pendidikan tradisional legendaris. Di Aceh
Selain dayah, ada kisah sejarah yang harus dikenang agar menjadi motivasi anak muda untuk terus berjuang, yakni sosok Pocut Meuligoe. Pocut Meuligoe adalah seorang pemimpin wanita, pewaris takhta Kerajaan Samalanga (Aceh). Ia termasuk dalam para wanita pejuang Aceh, sekelas Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, dan Teungku Fakinah.
Keberanian Pocut Meuligoe direkam oleh seorang kapten Belanda bernama Schumacher. Ia menulis tentang kebencian Pocut Meuligoe terhadap Belanda. Pernah ia perintahkan semua rakyatnya untuk berperang melawan Belanda, meskipun harus meninggalkan sawah dan ladang. Rakyat yang mangkir atau enggan mendapat hukuman berat.
Pengaruh perempuan muda ini tidak hanya di Samalanga, ia sering mengirim bantuan dana, keperluan logistik, dan senjata ke Aceh Besar untuk membantu pasukan-pasukan Aceh. Samalanga bisa memberikan kontribusi finansial yang besar bagi perjuangan Aceh karena perdangan ekspor Samalanga berkembang baik pada saat itu.
Pada tahun 1904, Van Der Heijden mengerahkan pasukan meriam. Usahanya kali ini mengakhiri perlawanan pejuang Samalanga selama lebih 30 tahun melawan Belanda. Lamanya Samalanga bertahan dari serangan Belanda tidak terlepas dari peran kepemimpinan Pocut Meuligo.
Perempuan salihah ini pantang menyerah pada musuh dan selalu memompakan semangat juang kepada rakyatnya dengan tetap bersandar pada kekuatan Allah Swt sebagai hamba yang beriman kepada-Nya. Semoga pejuang bangsa Aceh mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah.
Tun Sri Lanang
Masih di Samalanga, saat menjadi santri, saya sering melihat makam Tun Sri Lanang, dan hari ini saya baru tahu bahwa Tun Sri Lanang merupakan seorang ahli pemerintahan dan pujangga Melayu dengan karyanya yang monumental berupa kitab Salalatus Salatin.
Tersiar kabar beliau raja (ulee balang) pertama Samalanga, bernama asli Tun Muhammad dan bergelar Datuk Bendahara Tun Muhammad.
Tun Sri Lanang menurunkan garis keturunan di Malaysia dan Indonesia. Di Malaysia, keturunannya merupakan para sultan di Melayu, seperti Sultan Pahang, Sultan Johor, Sultan Trengganu, dan Sultan Selangor. Sedangkan di Aceh, Tun Sri Lanang menurunkan darah keberanian dan perjuangannya kepada Pocut Meuligoe, keturunan kelima yang memimpin perlawanan terhadap Belanda hingga terusir dari Samalanga. Tun Sri Lanang wafat tahun 1659 dan jenazahnya dimakamkan di dekat pesantren yang dibangunnya di Kuta Blang, Samalanga.
Selain menjadi kota santri dan benteng pertahanan, Samalanga juga menjadi salah satu pusat wisata, di Batee Iliek salah satunya. Batee iliek itu sebutan sungai yang mengalir dari Pidie Jaya hingga ke Samalanga. Mengapa disebut Batee Iliek? Batee sendiri adalah terjemahan dari bahasa Aceh yaitu batu, sedangkan iliek asalnya adalah ile atau mengalir jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, Karena banyaknya batu besar yang dialiri oleh air di sungai ini maka Batee Ilieklah sebutannya.
Di Batee Iliek, kita bisa merasakan kesejukan air pengunungan langsung. Tempat ini kerap dijadikan sebagai tempat liburan akhir pekan, kita bisa mandi sepuasnya, tanpa harus membayar tiket.
Keindahan sungainya terlihat jelas dari atas jembatan Batee Iliek tepat di atas air yang mengalir. Udara di sekitar sungai dan lereng bukit terasa sejuk dengan panorama alam yang memesona.
Di sekitar Krueng Batee Iliek juga banyak pedagang yang menyediakan aneka makanan. Namun, yang fenomenal di situ adalah rujaknya. Kata pengunjung sih rujaknya sangat enak. Jadi, jangan lupa dicoba saat singgah ke sana. Bagaimana, Kota Santri Samalanga menarik bukan untuk dikujungi? Selamat berkunjung. Idafitrih155@gmail.com
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/ida-fitri-handayani.jpg)