Viral Kemunculan Kerajaan Fiktif, Pengamat Sebut Ada Kaitan dengan Ketidakpuasan terhadap Pemerintah
Menurut pengamat sosial dari Universitas Indonesia Devi Rahmawati, ada beberapa kemungkinan orang mau menjadi pengikut kerajaan fiktif tersebut.
SERAMBINEWS.COM - Munculnya berbagai kerajaan fiktif akhir-akhir ini mampu menarik pengikut cukup banyak di beberapa daerah di Indonesia.
Menurut pengamat sosial dari Universitas Indonesia Devi Rahmawati, ada beberapa kemungkinan orang mau menjadi pengikut kerajaan fiktif tersebut.
Dilansir TribunWow.com dari tayangan KompasTV, awalnya Devi menjelaskan fenomena kerajaan fiktif tidak hanya muncul di Indonesia.
• Ini Daftar 28 Pemain yang Lolos Seleksi Timnas U-19 Indonesia, Siapa Saja?
• Ingin Tahu Apakah Uang Bisa Beli Kebahagiaan, Miliader Ini Bagikan Uang Rp 123 Miliar, Ini Syaratnya
• Deretan Kerajaan Halu yang Pernah Hebohkan Publik, Ada Kerajaan Ubur-ubur, Keraton Agung Sejagat
"Jadi kalau berdasarkan studi di dunia, kepercayaan bagaimana sebuah masyarakat atau komunitas percaya pada hal-hal yang bersifat fiktif, atau tidak nyata kemudian tidak dapat dipertanggungjawabkan, itu bukan hanya milik komunitas timur seperti Indonesia," kata Devi, Sabtu (18/1/2020).
Devi menyebutkan sebesar 65 persen responden percaya pada teori konspirasi, berdasarkan penelitian yang dilakukan di sembilan negara pada 2012 sampai 2018.
Dengan tingkat pendidikan tinggi dan kualitas hidup yang baik, Devi menyebutkan ada alasan warga negara-negara tersebut masih memercayai hal-hal yang tidak masuk akal itu.
"Karena ternyata ada kaitannya dengan ketidakpercayaan pada pemerintah, misalnya," kata Devi.
"Artinya apa? Ada ketidakpuasan. Yang kemudian hal-hal tidak rasional tadi menjadi cara bagi mereka, bagi warga manapun, tidak mengenal ras, tidak mengenal latar belakang pendidikan untuk menemukan jawaban sementara," jelasnya.
Sebagai contoh, Devi menyebutkan dalam kemunculan Kerajaan Sunda Empire ada pernyataan tentang kekecewaan terhadap pemerintah.
• Kades Enggan Pinjamkan Ambulans, Jenazah Kakek Ini Ditandu Pakai Sarung Sejauh 10 Kilometer
• Tak Banyak Diketahui, Ternyata Buah Salak Punya Manfaat Luar Biasa, Bisa Cegah Penyakit Kanker
• TERBARU Kasus Pembunuhan Hakim Jamaluddin, Polisi Lanjutkan Rekontruksi Tahap Tiga
"Kalau di kita kerajaan, di Amerika atau Eropa itu apa yang terjadi? Mereka bilang bahwa sebenarnya yang mengatur dunia ini bukan pemerintahan mereka," kata Devi menjelaskan kepercayaan orang terhadap teori konspirasi.
"Tapi ada sebuah konspirasi atau komplotan besar. Jadi cara berpikirnya beda, tapi sebenarnya sama. Hanya casing-nya dan narasinya sedikit berbeda. Konten tetap sama," tambahnya.
Faktor Ekonomi dan Tren Dunia
Meskipun demikian, Devi menilai munculnya Kerajaan Agung Sejagat di Purworejo memiliki motivasi yang sedikit berbeda.
"Kalau yang terjadi dengan Kerajaan Agung Sejagat, itu sebetulnya sama dengan MeMiles," kata Devi, merujuk pada program investasi bodong yang menjerat beberapa selebritas di Indonesia.
Ia menjelaskan faktor yang membuat kerajaan tersebut muncul.