Kisah Inspiratif
Kisah Putra Aceh The Big Boss Trans Continent, Doa Ayah dan Ibu Membuat Semuanya Serba Mungkin
Berbekal petualangannya ke tiga negara jiran, membuat Ismail Rasyid menjadi lebih pede dalam mengarungi kehidupan di Batam.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
Namun, setelah 8,5 tahun bekerja di perusahaan itu, persoalan kembali muncul.
Tapi kali ini bukan karena masalah kerja, tapi karena imbas problem keluarga pemilik perusahaan.
Suami dan istri yang sama-sama sebagai owner perusahaan itu memutuskan bercerai, sehingga membuat Ismail Rasyid berada dalam kesulitan.
Ia tidak bisa mengambil keputusan saat suami atau istri yang sudah berpisah dan memiliki perusahaan masing-masing, mengajaknya bergabung.
“Saya harus menjaga perasaan kedua mereka. Maka, saya tolak ajakan keduanya. Saya tetap berusaha menjaga perusahaan awal yang mereka dirikan bersama-sama. Tapi karena situasi semakin rumit, akhirnya saya resign,” ungkap Ismail.
Saat itu, Ismail sempat beristirahat dari kerja.
Dia belum memutuskan untuk bekerja di tempat lain ataupun mendirikan perusahaan sendiri.
“Ketika itu belum ada rencana apa-apa. Karena masih bingung dengan situasi yang terjadi. Pada saat itu saya masih diberikan fasilitas oleh perusahaan, karena kedua-duanya masih sangat percaya kepada saya,” kata Ismail.
Ia menolak beberapa ajakan bekerja dari jaringan dan klien kerja yang sudah dibinanya.
• Nuraini, Sosok Kepala SMA di Aceh yang Inspiratif, Ini Sederet Prestasinya
Mendirikan Trans Continent
Hingga kemudian, seorang klien memberikan saran dan dukungan finansial agar Ismail berani ke luar dari masalahnya, dan memulai kehidupan baru dengan merintis perusahaan sendiri.
“Klien itu bilang, kenapa kamu enggak jalankan perusahaan sendiri aja. Kamu bias memulai bisnis dengan perusahaan sendiri sebagai klien dari perusahaan saya. Kira-kira tawarannya, ‘perusahaan kamu membantu perusahaan saya,’” kata Ismail menceritakan kembali awal mulai dia mendirikan Trans Continent.
Berbekal jaminan dari orang tersebut, Ismail mulai berpikir tentang cara mendirikan perusahaan dengan modal pas-pasan.
“Kamu set aja perusahan, kamu udah bisa jalan. Dia tidak kasih uang, tapi dia minta perusahaan saya mengangkut logistiknya, untuk sewa kapal dia bayar lebih awal (bayar di muka),” papar Ismail Rasyid.
Setelah ide dan dukungan itu benar-benar mantap, Ismail Rasyid kemudian benar-benar mengajukan resign kepada perusahaan lamanya.
Butuh 6 bulan hingga pengajuan pengunduran dirinya dikabulkan.
Selesai transisi dan proses resign, Ismail mulai merintis perusahaan Trans Continent.
“Perusahaan ini lahir bulan November 2003, tapi itu masih proses transisi, baru pada akhir 2004 benar-benar jalan. Jadi antara proses di perusahaan pertama dengan kedua sangat transparan. Dan sampai sekarang hubungan saya dengan owner lama itu masih bagus,” ungkap Ismail.
Bumi terus berjalan. Ismail Rasyid kembali sibuk dengan berbagai aktivitas di perusahaannya.
Dia melanglangbuana dari lautan, udara, hingga masuk dan ke luar hutan di berbagai negara, untuk melayani kepentingan kliennya.
Semua jenis barang legal diangkutnya.
Dari makanan, limbah medis, hingga bahan-bahan peledak untuk kepentingan pertambangan.
Namanya semakin terkenal, karena ia menjadi pengusaha pengangkutan pertama di Indonesia yang berani mengangkut bahan kimia berbahaya sianida serta bahan baku nuklir.
Keberanian, kepercayaan, dan jaringan yang dimilikinya hingga bisa mengangkut berbagai jenis barang berbahaya itu, membuat perusahaannya banyak mendapat orderan.
“Alhamdulillah, sekarang Trans Continent ada 19 cabang di 11 Provinsi di Indonesia, dari barat ke timur. Dengan jumlah karyawan sekitar 400an orang,” ungkap Ismail Rasyid.
Adapun provinsi yang memiliki kantor cabang Trans Continent adalah Aceh (baru dibuka), Sumut, Sumsel, Banten, DKI Jakarta, Jatim, Kalsel, Kaltim, Kalteng, Sulsel, Maluku Utara.
“Saat ini kita juga sedang proses membuka kantor di Gorontalo dan Yogyakarta,” ujarnya.
Selain di Indonesia, Trans Continent juga memiliki kantor cabang di Perth Australia dan kawasan industri Subic di Filipina.
“Kantor di Perth Australia itu sudah aktif sejak beberapa tahun lalu, sekarang kita ada kontrak internasional untuk ke Indonesia,” ujarnya.
“Satu lagi ada di Filipina, di kawasan industri Subic. Kenapa kita buka di Filipina, karena kita juga memiliki kantor cabang di Manado yang sangat dekat dengan Davao Filipina,” kata dia.
Menurutnya, Manado Indonesia dengan Davao Filipina, kurang lebih seperti Aceh dengan Andaman India.
Bedanya, antara Manado dan Davao malah sudah pernah ada pelayaran ferry langsung dan kerja sama dalam berbagai bidang.
“Dulu ketika Bouraq Indonesia Airlines masih beroperasi juga ada penerbangan langsung Manado-Davao. Kemudian Lion Air dalam beberapa tahun juga sempat melayani jalur ini, meski sekarang stop. Tapi kita melihat ini adalah peluang bagus bagi bisnis,” kata Ismail.
Perusahaan milik Ismail Rasyid masuk ke wilayah itu melayani pengangkutan kebutuhan logistik industri di Sulawesi Utara dan Filipina.
Dengan pengalaman di Manado dan Davao, bagaimana Ismail Rasyid melihat peluang kerja sama Aceh dengan Andaman Nicobar?
“Saya sangat optimis. Karena ada kepentingan kerja sama saling menguntungkan di sana. Apalagi saya melihat langsung pihak India sangat serius dengan hal ini,” kata Ismail Rasyid.
“Bayangkan, delegasi Aceh yang dipimpin Plt Gubernur Nova Iriansyah, diterima oleh dua menteri India (Menteri Urusan Luar Negeri dan Menteri Perdagangan dan Perindustrian), serta dua gubernur (Chennai dan Andaman & Nicobar),” lanjutnya.
“Tapi nantilah, kita bekerja dulu. Mudah-mudahan semua pihak di Aceh sepakat dan memberikan dukungan, agar aktivitas ekspor dan impor kita bisa segera bergeliat,” pungkas Ismail Rasyid.(Agus Ramadhan/Zainal Arifin M Nur)
Data Diri:
Nama: Ismail Rasyid SE
Lahir: Matangkuli Aceh Utara, 3 Juli 1968
Istri: Erni Molisa (alumnus Fakultas Ekonomi Unsyiah) Kelahiran 1976
Menikah tahun 2001 di Lhokseumawe
Anak:
1. Jibril Gibran (lahir Jakarta 8 Januari 2003) pendidikan SMA (ISWA International School of Western Australia) di Perth Australia
2. Syifa Aulia ( lahir Balikpapan 19 Oktober 2005) Pendidikan ISWA International School of Western Australia) di Perth Australia
Domisili: Jakarta dan Perth Western Australia