Kupi Beungoh

Investasi di Aceh, What Wrong?

Tercatat sudah puluhan MoU ditandatangani oleh Pemerintah Aceh dalam beberapa tahun terakhir, di berbagai negara lintas benua pula.

Editor: Zaenal
IST
Mulyadi Nurdin, Lc, MH 

Karena pengusaha pasti memahami apa saja kebutuhan bisnis secara nyata.

Kolaborasi antara pengusaha dan pejabat terkait, pastinya akan menghasilkan perencanaan, dan pembangunan infrastruktur bisnis yang sejalan dengan kebutuhan investor.

Konsultan investasi bertugas mendampingi proses investasi mulai dari perencanaan kawasan, penyusunan bisnis plan, memetakan kebutuhan investor, serta menyiapkan rencana solusi alternatif.

Dalam menjalankan tugasnya Konsultan tersebut berkoordinasi dengan SKPA dan Instansi terkait, supaya semua gagasan menjadi program dan dimasukkan dalam Rencana kerja tahunan yang terintegrasi dengan lintas sektoral.

Selanjutnya konsultan mengawal dan meng-update progress semua rencana investasi terutama yang sudah ada MoU dan Kontrak Kerja dengan mitra lokal.

Jika ada masalah supaya segera mencari solusi dengan tetap menjaga keharmonisan antar instansi. 

Secara nasional mungkin kebijakan Presiden Jokowi bisa menjadi contoh, dengan menempatkan Erick Thohir yang merupakan pebisnis sebagai menteri BUMN untuk membenahi bisnis milik negara.

Sebagaimana menempatkan Sri Mulyani yang pernah menjadi Direktur Bank Dunia sebagai Menteri Keuangan, yang pastinya sangat memahami persoalan keuangan dunia.

Sederhananya adalah ibarat seorang yang ingin menyewakan toko, harus menyesuaikan dengan kebutuhan pedagang.

Misalnya jika toko tersebut disewakan untuk warung kopi, ia harus menyediakan space untuk dapur, ventilasi udara yang cukup, meja dan kursi yang memadai, area parkir yang luas.

Untuk itu pemilik toko harus berkonsultasi dengan pakar warung kopi.

Karena kebutuhan space ruangan akan berbeda jika bangunan tersebut disewa oleh tukang cukur rambut atau lainnya.

Demikian halnya dengan investasi, di Aceh terdapat beberapa lokasi investasi favorit seperti KIA Ladong, KEK Arun, Sabang, dan lainnya.

Untuk memastikan semuanya sesuai kebutuhan calon investor, perlu melibatkan pakar bisnis terkait kebutuhan investor secara nyata di lapangan, yang dapat memberikan alternatif solusi jika ada kendala teknis.

Dalam hal ini bukan lagi sebatas teori, karena secara teori semua sudah dilalui.

Tinggal implementasi di lapangan bagaimana memanjakan pemilik uang supaya bersedia menanamkan uangnya di Aceh.

Umumnya investor tidak mau susah, mereka memiliki banyak pilihan baik di provinsi tetangga atau di negara lain.

Secara ekonomi investor ingin mencari keuntungan dari investasinya, jika banyak hambatan mereka akan get out.

Makanya sangat penting meyakinkan investor bahwa semua fasilitas bisnis mulai dari perizinan, produksi hingga marketing berjalan lancar.

Beberapa calon investor sudah berulang kali menyatakan minatnya untuk berinvestasi di Aceh, baru-baru ini Uni Emirat Arab (UEA) ingin berinvestasi sebesar 3 miliar dolar AS atau sekitar Rp 42 triliun.

Harapan kita semua hal itu menjadi kenyataan, karena investasi tersebut sangat dibutuhkan rakyat Aceh untuk membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan.

Plt Gubernur Aceh bukanlah Superman.

Ia tidak mampu bekerja sendiri, perlu kolaborasi semua komponen, mulai dari media massa, politisi, pengusaha, aparat keamanan, pendidik, LSM, hingga masyarakat luas demi mewujudkan impian Aceh Hebat.

* PENULIS adalah Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat pada IAIN Langsa/ Kepala Biro Humas dan Protokol Pemerintah Aceh tahun 2017-2018.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved