Selain Hendra, Beberapa Pengurus Senior Golkar juga Terdepak, Suprijal: Ini Politik Balas Dendam
Suprijal Yusuf menilai, tradisi Golkar yang kompromis dan elegan telah hilang. Sebaliknya, yang dikedepankan adalah politik balas dendam
Selain Hendra, Beberapa Pengurus Senior Golkar juga Terdepak, Suprijal: Ini Politik Balas Dendam
Laporan Yocerizal | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Ternyata bukan hanya Hendra Budian yang terdepak dari kepengurusan DPD I Partai Golkar Aceh. Beberapa pengurus senior lainnya juga ikut terdepak.
Mereka yang terdepak antara lain: Husin Banta, Qamaruzzaman Haqni, Suprijal Yusuf, dan beberapa pengurus lainnya.
Informasi dari Suprijal Yusuf, mereka yang terdepak dari pengurus adalah pihak-pihak yang sebelumnya sempat mendukung Husin Banta mencalonkan diri maju sebagai Ketua DPD I Golkar Aceh.
"Kami didepak dari kepengurusan Golkar karena dianggap sebagai lawan politik," ungkap Suprijal Yusuf kepada Serambinews.com, Senin (15/6/2020).
Meski demikian, tradisi kompromi seharusnya dikedepankan. Mantan Wakil Ketua Bidang Media dan Penggalangan Opini Golkar ini mengungkapkan, Musda Golkar bisa berjalan mulus dan TM Nurlif bisa kembali terpilih, salah satunya karena ada kompromi.
Kompromi itulah yang kemudian membuat Husin Banta mengurungkan niatnya untuk maju ketua, meski sebelumnya sempat mendeklarasikan diri untuk maju.
• Hendra Budian Angkat Bicara, Namanya Tak masuk Kepengurusan Golkar Aceh: Saya Positif Thinking
• TM Nurlif Umumkan Struktur Kepengurusan Golkar Aceh, Ali Basrah Jabat Sekretaris Partai
• Musda Partai Golkar Aceh Berujung Aklamasi, Husin Banta Mundur, TM Nurlif Jadi Calon Tunggal
"Husin Banta mengalah dan memutuskan untuk tidak melanjutkan pencalonan," ujar Suprijal.
Kompromi itu, lanjut dia lagi, terwujud berkat mediasi yang dilakukan oleh Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, Azis Syamsuddin.
Menurut Suprijal, mediasi itu dilakukan Azis untuk menghindari keributan di Musda mengingat kekuatan kubu Husin Banta dan TM Nurlif yang nyaris berimbang.
"Sebenarnya saya yakin kami lebih kuat, tapi kita sebut saja berimbang," tukas Suprijal.
Namun sayangnya, begitu Musda selesai, tradisi kompromi itu yang tidak kelihatan di kepengurusan DPD I Partai Golkar Aceh.
"Sayangnya lagi, Azis tidak mengawal hal ini," imbuhnya.
• Pilot Selamat Setelah Melontarkan Diri, Berjarak Ratusan Meter dari Pesawat Tempur TNI AU yang Jatuh
• BREAKING NEWS: Pesawat TNI AU Jatuh di Riau, Jumlah Korban dan Penyebab Kecelakaan dalam Investigasi
• APBA tak Bisa untuk Masjid dan Meunasah, Anggota DPRA Protes
Suprijal Yusuf menilai, tradisi Golkar yang kompromis dan elegan telah hilang. Sebaliknya, yang dikedepankan adalah politik balas dendam, karena cara berfikir yang berseberangan.
Kasus yang sama, lanjut dia, juga pernah terjadi saat periode kepengurusan yang lalu, ketika TM Nurlif mendepak HT Machsalmina Ali dari posisi sekretaris tanpa melalui rapat pleno.
Jika budaya politik ini terus berlanjut, sambung Suprijal, maka akan hilang budaya demokratis dalam tubuh Partai Golkar Aceh.
Apalagi pengurus yang baru merupakan kader-kader muda yang baru meniti karir, sehingga tidak berani untuk mengkritisi kebijakan pimpinan partai.
"Golkar ke depan akan menjadi partai yg tidak demokratis dan tidak dinamis lagi," pungkasnya.
Suprijal sangat menyayangkan keputusan yang diambil TM Nurlif, dan ia mengaku siap dengan segala konsekuensinya.
• Syeh Fadhil: UUPA Mengatur Soal Haji, Sekarang Saatnya Aceh Membuat Aturan Sendiri
• Corona Transmisi Lokal Terjadi di Aceh
• Arab Saudi Siap Tumpas Terorisme, Sumbang Rp 1,5 Triliun ke PBB
Namun Suprijal memastikan, dirinya sampai kapan pun akan tetap berada di Golkar meski beberapa partai lain berusaha mengajaknya bergabung.
"Darah saya adalah darah Golkar, dan saya akan tetap selamanya di Golkar, mengawasi jalannya organisasi partai di luar struktur partai," demikian Suprijal Yusuf.
Ketua DPD I Golkar Aceh, TM Nurlif, saat mengumumkan struktur pengurus yang baru, Sabtu (13/6/2020), menyebutkan bahwa sebagian besar pengurus berasal dari kalangan muda. Selebihnya merupakan senior dan perwakilan perempuan.
"Kepengurusan ini komposisinya hampir 60 persen kalangan milenial. Kenapa milenial? Karena sekarang sudah era digital,” kata Ketua DPD I Partai Golkar Aceh, TM Nurlif.
“Generasi milenial ini diharapkan bisa memainkan peran dalam rangka mensosialisasikan program kerja Golkar. Jadi pengurus Golkar Aceh kali ini didominasi kalangan pemuda," tambahnya.
Selanjutnya, sebanyak 30 persen adalah dari kalangan perempuan dan 10 persen dari kalangan senior.
"Ada juga mewakili geografis pantai barat, timur, dan tengah. Aspek-aspek itulah yang menjadi pertimbangannya," ungkap Nurlif.(*)
• Pensiun dari UFC, Conor McGregor Dapat Pesan dari Khabib Nurmagomedov
• Eks Kapten Persiraja Tarmizi Rasyid Kenang Legenda Persebaya Surabaya Eri Irianto saat Laga di Aceh
• Ke Ustaz Abdul Somad, Hotman Paris Mengaku Nyaris Minum Baygon Gara-gara Tak Bahagia