Luar Negeri
Warga Tepi Barat dan Lembah Jordan Menjerit, Tanah Mau Diambil Lagi, Arab Hanya Keluarkan Seruan
Warga Palestina di Tepi Barat dan Lembah Jordan mulai menjerit ketakutan. Tanah dan rumah yang akan mereka tempati akan diambil alih oleh Yahudi
“Semua orang di sini bekerja di permukiman, tidak ada yang lain,” kata Iyad Taamra, seorang anggota dewan desa yang mengelola sebuah toko kelontong kecil.
"Jika kamu punya uang, kamu pergi ke tempat lain, di mana ada masa depan,” tambahnya kepada AP, Jumat (19/6/2020).

Orang-orang Palestina takut masyarakat di seberang Lembah Yordan akan menemui nasib yang sama jika Israel melanjutkan rencananya untuk mencaplok wilayah itu.
Kawasan itu sekitar seperempat dari Tepi Barat yang diduduki pernah dipandang sebagai keranjang roti negara masa depan Palestina.
Netanyahu mengatakan Israel akan mencaplok tanah itu, tetapi bukan orang-orang yang beradadi dalamnya .
Dia mengatakan kepada sebuah surat kabar Israel mereka akan tinggal di kantong itu di bawah pemerintahan sendiri yang terbatas, dengan Israel megendalikan keamanan.
Di daerah yang sangat bergantung pada pertanian, hilangnya pertanian dan lahan penggembalaan bisa memaksa banyak orang pindah.
Shaul Arieli, seorang pensiunan komandan militer Israel yang bekerja di demarkasi perbatasan selama proses perdamaian pada 1990-an, mengatakan:
“Palestina akan kehilangan hingga 70.000 hektare lahan .”
Dia berharap Israel akan membuat perbatasan baru sepanjang 200 kilometer antara Lembah Jordan dan seluruh Tepi Barat.
Bahkan, termasuk perbatasan 60 kilometer di sekitar Kota Jericho, Palestina.
Dia mendasarkan kesimpulannya pada peta yang disajikan oleh Netanyahu dan Gedung Putih.
Peta itu menunjukkan Israel memperluas kedaulatan atas petak-petak tanah yang besar.
Dan meninggalkan daerah-daerah berpenduduk paling banyak di luar perbatasannya.
Itay Epshtain, penasihat khusus Dewan Pengungsi Norwegia, Jumat (19/6/2020) mengatakan Palestina akan kehilangan perlindungan terbatas.