Berita Aceh Tamiang

Salut, Guru SD di Aceh Tamiang Datangi Rumah Murid sambil Bawa Papan Tulis untuk Belajar Tatap Muka

Kebijakan belajar manual ini dampak dari belum diberlakukannya belajar tatap muka, menyusul status zona oranye yang disandang kabupaten itu.

Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Saifullah
Dok Disdik Aceh Tamiang
Guru SD Negeri Jamur Jelatang, Kecamatan Rantau, Aceh Tamiang saat memberikan materi pelajaran di salah satu rumah siswa. 

Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang

SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Sejumlah guru sekolah dasar (SD) di Aceh Tamiang (Atam) berinsiatif mendatangi rumah murid untuk memberikan materi pelajaran secara tatap muka di masa pandemi Covid-19.

Kebijakan belajar manual ini dampak dari belum diberlakukannya belajar tatap muka, menyusul status zona oranye yang disandang kabupaten itu. Diketahui pemerintah hanya mengizinkan daerah berstatus zona hijau dan kuning saja untuk melangsungkan proses belajar mengajar (PBM) tatap muka.

“Sejauh ini, kita belum bisa memastikan kapan belajar tatap muka bisa dilakukan. Di sisi lain, kita tidak ingin anak-anak yang berada di luar jaringan (luring) tertinggal pelajaran,” kata Kabid Pendidikan Dasar Disdik Aceh Tamiang, Bambang Suprianto kepada Serambinews.com, Jumat (14/8/2020).

Bambang mengungkapkan, penerapan belajar manual dengan mengutus guru ke rumah siswa memang dipritoritaskan di daerah yang jaringan internet buruk dan murid yang masih duduk di bangku kelas kecil.

“Kategori kelas kecil itu kelas tiga ke bawah. Khususnya kelas satu, sangat tidak efektif bila belajarnya dilakukan secara daring atau online,” jelasnya.

Dinkes Abdya Buka Ruang Isolasi Pasien Positif Corona di Puskesmas Tangan-Tangan, Ini Kapasitasnya

Untuk Warga Bener Meriah yang Butuh Surat Izin Jalan Covid-19, Ini Persyaratannya

Perkembangan Kasus Kakek Cabul di Bireuen, Berkasnya Sedang Dilengkapi

Dia menambahkan, proses belajar manual ini tetap mengedepankan protokol kesehatan. Untuk itu, setiap guru yang dikirim ke rumah siswa wajib melengkapi diri dengan masker, hand sanitizer, dan membatasi jumlah siswa.

Bahkan, ungkap Bambang, sebelum memulai pelajaran, guru memberikan materi tambahan berupa sosialisasi protokol kesehatan dan mewajibkan anak-anak mengenakan masker dan hand sanitizer.

“Jumlah siswa juga dibatasi, maksimal enam orang. Mereka dikumpulkan di salah satu rumah siswa. Durasinya pun cuma dua jam,” sambungnya.

Secara khusus, Bambang mengapresiasi jerih payah guru yang setiap harinya harus ke rumah murid dengan membawa perlengkapan belajar, termasuk papan tulis berukuran besar. “Cukup sulit membawa papan tulis dengan sepeda motor. Salah-salah bisa jatuh gurunya,” tukasnya.

Sebelumnya, Kadis Pendidikan (Kadisdik) Aceh Tamiang, Zulkarnain Putra menerangkan, proses belajar dari rumah (BDR) yang diterapkan terbagi dalam tiga klasifikasi, yakni daring (dalam jaringan), luring (luar jaringan), dan manual.

Ini Prakiraan Cuaca di Enam Daerah Hingga 3 Hari ke Depan, Mulai Hujan, Berawan, dan Cerah Berawan

Ternyata Boleh Shalat Sambil Berjalan & Berkendaraan Ini Penjelasan Prof Al Yasa pada Khutbah Jumat

Pemerintah Aceh Kembali Fasilitasi Pemulangan Jenazah, Kali Ini Warga Langsa Meninggal di Jakarta

“Kalau manual ini, bisa saja setiap harinya orang tua ke sekolah mengambil titipan materi belajar dari guru atau gurunya mendatangi rumah siswa. Yang penting prose belajar mengajar ini berjalan,” ucapnya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved