Opini
Covid-19, Kendalikan dengan Cerdas
Kasus positif infeksi penyakit Covid-19 terus bertambah di seluruh dunia. Di Indonesia, hingga 19 Agustus 2020 telah tercatat 144.945 kasus

Oleh drh. Teuku Reza Ferasyi, MSc., PhD, Kepala Centrovets-One Health Collaboration Center Unsyiah
Kasus positif infeksi penyakit Covid-19 terus bertambah di seluruh dunia. Di Indonesia, hingga 19 Agustus 2020 telah tercatat 144.945 kasus. Khusus di Provinsi Aceh, dilaporkan hingga 19 Agustus 2020 akumulasi adalah 1.131 kasus, dengan 384 orang sembuh, dan 30 orang meninggal.
Perkembangan angka positif harian di Aceh sangat dinamis. Adakalanya menurun, kemudian di waktu lain meningkat tajam, terkadang nihil. Pada 17 Agustus 2020 lalu, kita dikejutkan dengan laporan angka harian di Aceh mencapai 168 kasus. Hingga berada pada posisi tiga terbesar laporan kasus harian secara nasional, di bawah DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Peningkatan angka positif Covid-19 di Aceh secara tajam patut ditelaah secara sosial dan epidemiologi. Secara sosial dapat menandakan bahwa kepatuhan masyarakat menerapkan protokol kesehatan, kemungkinan belum maksimal. Akibat mengalami kejenuhan lama berkerja di rumah, tanpa disadari mendorong sebagian masyarakat mencari udara di luar sementara wabah masih ada.
Bisa juga dikarenakan berkurangnya kepatuhan penerapan protokol di tempat-tempat berisiko. Pemicu dari kurangnya kewaspadaan tersebut bisa disebabkan oleh misinformasi yang diterima masyarakat, yang diperparah dengan hoax.
Tentu saja hal tersebut tidak boleh menyalahkan masyarakat semata. Peran pemerintah daerah juga harus dievaluasi, khususnya dalam memantau dan memperketat penerapan protokol kesehatan pada area publik. Barangkali dengan alasan untuk menggerakkan ekonomi sehingga ada ruang yang dilonggarkan protokolnya, sementara penyebaran virus belum mampu dihentikan. Kondisi seperti ini memang dilematis, namun perlindungan kesehatan tetap yang utama.
Secara epidemiologi, peningkatan kasus Covid-19 mengindikasikan perlu perbaikan langkah pengendalian. Tindakan tidak boleh hanya mengisolasi orang positif, sementara sebagian masyarakat di lingkungan sekitarnya masih kurang waspada. Jika demikian sama saja seperti sistem "gali lubang-tutup lubang". Masyarakat akan silih berganti menjalani isolasi mandiri, karena terinfeksi dari lingkungan yang tidak pernah steril, yang meningkatkan laju positif (positivity rate) di Aceh.
Hasil analisis Satgas Covid-19 Unsyiah terhadap laju positif di Aceh cukup mengkhawatirkan, yaitu diperkirakan telah mencapai 14.2%. Merujuk pada standar WHO (5%), persentase tersebut bisa mengartikan tantangan besar untuk mengontrolnya.
Kekhawatiran lain, penelitian terkini melaporkan bahwa mutasi virus Covid-19 meningkatkan daya penularannya. Di Asia Tenggara telah ditemukan strain virus D614G dengan daya penularan 10 kali lipat dari pendahulunya. Bukan tidak mungkin, tanpa disadari strain tersebut juga sudah masuk ke Aceh, melalui jalur-jalur perjalanan gelap, tanpa screening bagi pelintasnya. Oleh karena itu diperlukan upaya ekstra untuk bisa mengendalikannya.
Strategi Cerdas
Untuk menghindari agar upaya pengendalian tidak salah arah, maka perlu disusun kembali strategi pola pengelolaan pengendalian Covid-19 di Aceh. Secara ringkas penulis menyarankan agar Pemerintah menggunakan strategi berbasis Cerdas (Cepat, Edukatif, Rasional, Digital, Akurat, dan ber-Sama).
Cepat, yaitu upaya menemukan kasus sesegera mungkin dengan menggiatkan pelaksanaan surveilans berbasis unit kesehatan terkecil atau berbasis gampong. Ini adalah upaya melokalisir kasus berbasis village based-early warning system (VBEWS). Apabila ada pasien atau warga yang terinfeksi maka secepatnya diinformasikan ke pusat pelaporan (satuan tugas) Ccovid-19 di atasnya. Ini sangat efektif diterapkan, termasuk untuk pengelolaan pasien positif di masing-masing wilayah domisili orang tersebut.
Diupayakan agar setiap orang yang bergejala atau konfirmasi positif terinfeksi dapat diisolasi sesegera mungkin di wilayah masing-masing. Alangkah lebih baik bila kabupaten/kota atau dengan didukung pemerintah propinsi menyediakan tempat isolasi atau karantina di wilayah masing-masing, baik berupa gedung khusus atau menyewa hotel seperti wisma atlet di DKI Jakarta. Para relawan tenaga kesehatan juga direkrut dengan pembiayaan cost-sharing.
Kemudian edukatif adalah langkah penyadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan secara edukatif. Upaya ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan media massa, media sosial ataupun penyebaran informasi dalam bentuk spanduk dan baliho seperti yang sudah dilakukan selama ini, namun dengan format yang lebih menarik perhatian masyarakat. Termasuk juga informasi tentang bagaimana masyarakat dapat memberikan laporan kepada Satgas bila ada orang yang terinfeksi atau tempat-tempat publik yang tidak menerapkan protokol kesehatan.
Pendekatan yang rasional adalah pengendalian dengan mendasarkan pada hasil kajian ilmiah. Misalnya hasil penelitian Zheng dkk (2020) menemukan adanya hubungan antara penularan Covid-19 melalui transportasi umum antarkota dan terjadinya penyebaran penyakit dari Kota Wuhan ke wilayah lainnya di Cina. Dengan merujuk pada penelitian ini maka salah satu upaya pengendalian efektif bisa dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap pengemudi serta penumpang transportasi umum antarkota-antarpropinsi dari zona merah menggunakan uji diagnostik yang akurat. Didukung juga dengan tracking (pelacakan), tracing (penelusuran) dan testing (pengujian) secara intensif ke lokasi-lokasi berisiko tinggi.