Berita Aceh Singkil

Mencontoh Pluralisme dalam Diskusi Warung Kopi ala Warga Aceh Singkil

Faktanya, Aceh Singkil dihuni berbagai suku. Seperti Suku Singkil, Aneuk Jamee, Haloban, Pakpak, Aceh, Minang, Jawa, Batak, Nias, & suka-suku lainnya.

Penulis: Dede Rosadi | Editor: Saifullah
Serambi Indonesia
Bupati Aceh Singkil, Dulmusrid ngobrol bersama warganya di warung kopi kawasan Gosong Telaga Barat, Singkil Utara, Sabtu (12/9/2020). 

Laporan Dede Rosadi | Aceh Singkil

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Kabupaten Aceh Singkil kerap disebut sebagai miniaturnya Indonesia. Kata-kata yang acap diucapkan pejabat itu bukan sekedar pemanis atas slogan semata.

Faktanya, Aceh Singkil dihuni berbagai suku. Seperti Suku Singkil, Aneuk Jamee, Haloban, Pakpak, Aceh, Minang, Jawa, Batak, Nias, dan suka-suku lainnya.

Perbedaan suku tentu berbeda pula bahasa. Inilah uniknya warga Aceh Singkil, rata-rata menguasai lebih dari dua bahasa lokal.

Dua bahasa lokal yang umum dikuasai yaitu Bahasa Singkil atau populer disebut ‘basa kampong’ atau diistilahkan dengan bahasa ‘kade-kade’. Kedua adalah bahasa ‘ba apo’ yang lazim digunakan penduduk pesisir pantai.

Perbedaan itu tidak berpengaruh terhadap kerukunan. Malah mengajarkan bagaimana cara hidup dalam pluralisme.

Gawat! Penyebaran Virus Corona di Banda Aceh Kini via Kluster Keluarga, Total Terinfeksi 653 Orang

Waled Nu Sebut Meninggal Karena Wabah Dapat Pahala Syahid, Ajak Warga Berzikir & Baca Doa Tolak Bala

VIDEO - Puskesmas Johan Pahlawan Tutup Paska 1 Petugas Positif Corona

Di warung kopi umpamanya. Ketika terjadi diskusi ringan, pembicaraan akan menggunakan bahasa sesuai dengan bahasa lokal kawan bicara sehari-hari. Walau yang bersangkutan bukan etnis sama dari kawan bicaranya.

Kadang ada juga dua warga berdiskusi menggunakan bahasa berbeda. Satu menggunakan bahasa pesisir, satu lagi menggunakan bahasa ‘kade-kade’. Tetapi mengalir begitu saja.

Penggunaan bahasa berbeda dalam obrolan santai di warung kopi itu sebagai bentuk penghormatan kepada lawan bicara.

Hal ini terdengar ketika Bupati Aceh Singkil, Dulmusrid singgah di warung kopi yang ada di kawasan Desa Gosong Telaga Barat, Singkil Utara, Sabtu (12/9/2020).

Bupati Dulmusrid yang merupakan etnis Jawa berkomunikasi dengan warga di warkop itu menggunakan bahasa ‘kade-kade’ atau Bahasa Singkil.

VIDEO - Wanita Ini Diserang, Dikira Isabella Guzman, Perempuan yang Tersenyum Setelah Tikam Ibunya

Tersinggung Perkataan Korban, Seorang Jamaah Bacok Imam Masjid saat Pimpin Shalat Magrib

VIDEO - Demi Bahagiakan Ibu dan Jadi Perempuan Hebat, Gadis Cantik Ini Rela Jadi Penjual Sayur

Lantaran mayoritas peserta ngopi bareng berbahasa Singkil. Uniknya, etnis lain ikutan nimbrung bicara menggunakan bahasa ‘kade-kade’. Walau sesekali terselip bahasa ‘ba apo’, namun tetapi mengalir begitu saja.

"Kami tergantung yang jadi kawan bicara. Kalau ngajak ngobrol pakai bahasa kampung bisa, bahasa ‘ba apo’ boleh juga," kata seorang warga, Ishardi yang sehari-hari mengaku menggunakan bahasa ‘ba apo’.

Walau penduduknya menguasai lebih dua bahasa lokal, tapi saat khutbah Shalat Jumat baik di perkotaan atau di pelosok desa, khatib selalu menyampaikan khutbah dalam Bahasa Indonesia.

Begitu juga dengan pejabat dalam acara pemerintahan memakai Bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi utama.

"Penggunaan Bahasa Indonesia dalam khutbah Jumat menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang dipegang erat olah masyarakat Aceh Singkil," ulas Khaldum, Kabag Humas dan Protokol Setdakab Aceh Singkil.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved