Opini

Covid-19 Vs Game Online, Bahaya Mana?  

Wabah pandemi Covid-19 benar-benar sudah menganggu sendi-sendi kehidupan. Kesehatan terancam, ekonomi tidak menentu

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Covid-19 Vs Game Online, Bahaya Mana?   
IST
Masrizal, Jurnalis Harian Serambi Indonesia

Padahal, pada 19 Juni 2019, Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh sudah mengeluarkan fatwa terkait hukum dan dampak game online seperti Player Unknown's Battlegrounds (PUBG) dan sejenisnya. Tapi, faktanya fatwa ulama tidak memberi dampak pada penikmat game.                     

Bahaya mana?

Wabah Covid-19 dan game online sejatinya sama bahayanya. Hanya saja, virus corona bisa langsung membuat penderitanya merasa kesakitan, hingga meninggal. Sedangkan virus game online membuai penikmatnya hingga lupa diri, waktu, dan cita-cita.

Wabah Covid-19 dipastikan bisa dihilangkan. Seperti di Cina. Meskipun awalnya virus ini datang dari Cina, tapi negara tersebut mampu melawannya dengan berbagai kebijakan negara, termasuk menciptakan vaksin.

Sementara wabah game online, apabila sudah kecanduan maka sukar dihilangkan. Dampaknya akan lebih besar dari virus corona. Generasi emas bangsa bisa bodoh dengan game online. Siapa yang rugi, bukan saja orang yang main game dimaksud, tetapi juga negara.

Dampak yang paling dirasakan saat ini dari game online, dimana anak-anak sekolah tidak lagi sibuk dengan tanggung jawabnya untuk belajar. Sejak bangun pagi, hingga tidur lagi, pikirannya hanya game. Tidak adanya pengawasan orang tua, membuat si anak kian candu terhadap game online.

Padahal sudah ada contoh bagaimana pembunuhan terjadi akibat game, anak gila akibat game, kepekaan sosial hilang akibat game, orang tua dilawan akibat game, dan banyak lagi dampak dari game. Game online bisa mengubah watak seseorang untuk melakukan seperti karakter yang ada di game.

Seperti kasus penembakan di Masjid di Christchurch, Selandia Baru pada Maret 2019. Pelaku penembakan bernama Brenton Tarrant dari Australia, melakukan aksinya sambil melakukan live streaming. Video penembakan tersebut persis mirip dengan adegan-adegan di games tembak menembak seperti PUBG.

Tapi yang kita sayangkan saat ini banyak orang tua malah membiarkan anak-anaknya bermain game dengan android. Padahal, ada banyak pengaruh negatif yang ditimbulkannya, mulai dari kesehatan, mental, watak, hingga pendidikan seorang anak.

Tak hanya kalangan anak-anak, kalangan orang dewasa hingga orang tua pun tidak bisa lepas dari pengaruh game online, mulai dari game perang hingga game yang mengandung unsur judi (meisir).

Meskipun wabah Covid-19 sedang melanda, tapi warung-warung kopi tetap penuh di Aceh. Hanya sebagian sekedar minum kopi, tapi kebanyakan memanfaatkan wifi untuk main game online.

Kondisi ini harus menjadi perhatian serius pemerintah. Jangan sampai generasi muda Aceh lalai dengan game online. Yang pada ujungnya nanti juga menjadi beban pemerintah karena akan banyak pengangguran dan tingginya angka kemiskinan.

Penulis memberi saran kepada pemerintah, dan terkhusus kepada orang tua agar menjaga ketat masa emas anak-anaknya. Jangan sampai generasi Aceh menjadi generasi maniak game. Aceh harus bisa melahirkan generasi intelektual yang dapat bersaing dengan daerah lain.

Wabah Covid-19 tetap menjadi musuh bersama dan harus dilawan dengan patuh menjalankan protokol kesehatan. Tapi jangan lupa, musuh paling besar juga ada di sekitar kita, game online. Covid-19 hanya menular jika terjadi kerumunan, tapi games online bisa menebar virusnya walaupun sedang sendiri.

Pemerintah jangan hanya fokus mengurus masker dan striker hingga lupa mengurus soal schecter (istilah pada game online yang sedang `mewabah' di kalangan anak muda saat ini). Semoga, wabah pandemi segera berakhir di bumi Serambi Mekkah, dan virus game online menjadi perhatian bersama untuk diberantas.     

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved