Haba Aneuk
Kisah Siswa di Balik Belajar Daring
"Hanya dengan bekerjasama kita dapat memastikan semua anak perempuan dan laki-laki sehat, aman, dan tetap dapat belajar,"
Di Dayah Terpadu Inshafuddin terdapat sekitar 600 santri laki-laki dan perempuan dari tingkat SMP dan SMA. Selama pandemi, keluar-masuk dan interaksi santri ke luar kompleks pesantren sangat dibatasi. Saat beraktivitas sehari-hari santri diwajibkan memakai masker dan sering mencuci tangan.
Untuk memastikan santri menerapkan protokol kesehatan, pengurus pesantren membentuk Gugus Tugas Penanganan Covid-19. Selain pengawasan, tim ini juga bertugas menyemprot disinfektan ke seluruh bangunan pesantren dalam tiga hari sekali.
"Tergantung keadaan. Kadang-kadang ada juga sehari sekali," kata Syukri.
Meski semua santri menetap di pesantren, Syukri menjelaskan, tidak semua guru tinggal di sana. Terhadap tenaga pengajar yang harus pulang-pergi pesantren, tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 menerapkan pemeriksaan ketat. Misalnya memeriksa suhu tubuh dan wajib mencuci tangan serta bermasker saat masuk kompleks pesantren.
"Kami di sini seperti tinggal dalam satu rumah, jadi kegiatannya seperti biasa," tuturnya.
Sementara itu, Education Specialist UNICEF Indonesia, Nugroho Indera Warman, mengatakan ada dua alternatif pembelajaran selama pandemi agar interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Pertama untuk pembelajaran daring menggunakan platform belajar digital atau media sosial.
Sedangkan untuk luring, imbuh Nugroho, ada beberapa pilihan metode pembelajaran, yaitu melalui siaran TVRI, siaran radio, penyediaan bahan materi cetak atau buku, dan guru yang menyelenggarakan tatap muka terbatas.
Nugroho menyebutkan, ada hasil survei yang menyatakan bahwa interaksi antara guru dan siswa sangat terbatas selama pandemi. Menurutnya, dengan adanya pilihan kurikulum darurat yang sudah dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, maka disarankan guru bisa fokus kepada pembelajaran dan kompetensi esensial siswa seperti untuk literasi dan numeral.
"Sehingga siswa tidak terbebani dengan banyak tugas atau target pemenuhan seluruh isi kurikulum," ujarnya, Selasa, 8 September 2020.
Nugroho menambahkan, UNICEF telah membuat agenda aksi sekaligus saran untuk mengatasi tantangan sosial ekonomi yang berdampak bagi pemenuhan hak anak di wilayah yang terdampak pandemi COVID-19. Jika tindakan tidak segera diambil, menurutnya, pandemi dapat beralih menjadi krisis pemenuhan hak anak dengan dampak jangka panjang terhadap masyarakat Indonesia.
Nugroho menuturkan, gangguan akibat pandemi menimbulkan dampak substansial terhadap keamanan, kesejahteraan, dan masa depan anak-anak. UNICEF menyarankan beberapa aksi yang dapat dilakukan oleh pemerintah nasional maupun daerah.
Cara-cara itu adalah dengan mendukung keluarga dalam memenuhi kebutuhan dan pengasuhan anak-anaknya, mendukung keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anaknya, memastikan anak-anak terus belajar, melindungi anak-anak dari kekerasan, eksploitasi, dan pelecehan, serta mengalokasikan dana bagi anak-anak.
"Hanya dengan bekerjasama kita dapat memastikan semua anak perempuan dan laki-laki sehat, aman, dan tetap dapat belajar," katanya.
Nova Iriansyah: Belajar Daring Masih Pilihan Terbaik
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, menyatakan selama proses belajar daring dalam masa pandemi siswa sangat membutuhkan pengawasan dari tenaga pengajar dan orang tua. Ini untuk mendapatkan hasil pembelajaran terbaik selama pandemi.