Berita Pidie
Kisah Gampong Aree dan Para Perantau yang Jadi Andalan Pembangunan, dari Malaysia Hingga Australia
Masjid At-Taibin Glee Ceurih Gampong Aree memang belum berwujud. Bahkan peletakan batu pertama masjid ini baru dijadwalkan, Selasa (27/10/2020).
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Muhammad Hadi
Tidak hanya warga di Gampong Aree, tapi juga dari diaspora yang bermukim di berbagai kota di Aceh, Indonesia, hingga berbagai negara di belahan dunia.
Entah bagaimana ceritanya, sejak dulu Gampong Aree memang terkenal sebagai kampungnya para perantau.
Banyak orang Gampong Aree dan kampung di sekitarnya, seperti Reubee, Beuah, Bambong, dan lainnya, menjadi orang sukses di perantauan.
Tidak hanya di kota besar dan kecil di Indonesia, bersama orang Aceh lainnya, mereka menjadi diaspora di berbagai belahan dunia.
Baca juga: Selain di Australia, Bantuan untuk Masjid At-Taibin Glee Ceurih Juga Mengalir dari Malaysia
Komunitas perantau asal Gampong Aree dan Kecamatan Delima ini bisa ditemukan di Kota Sydney dan Perth (Australia) serta berbagai kota di Malaysia.
Ada juga yang merantau bersama keluarga hingga ke New Zealand, Arab Saudi, Kanada, dan negara-negara di Eropa.
Baca juga: Lebaran Internasional di Gampong Aree
Mereka tidak berstatus sebagai mahasiswa, tapi murni perantau yang berjuang hidup dengan melakoni bermacam pekerjaan.
Tak sedikit dari mereka menjadi orang sukses dan kemudian membantu keluarga, termasuk membangun berbagai fasilitas publik di kampung halaman mereka, di pedalaman Kabupaten Pidie, Aceh.
Hingga antropolong Aceh, Prof Dr Ahmad Humam Hamid MA dalam sebuah artikel di Harian Serambi Indonesia belasan tahun lalu, menyebut diaspora Gampong Aree bagaikan Kapitalis di negara barat, Sogo shosha di Jepang, dan Chaebol di Korea Selatan.
Baca juga: Harun Keuchik Leumiek Meninggal Dunia, Sempat Membangun Masjid dengan Biaya Pribadi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kapitalis adalah kaum bermodal; orang yang bermodal besar; golongan atau orang yang sangat kaya.
Sementara Sogo shosha adalah sebutan kepada kelompok pengusaha multinasional Jepang yang memberi pengaruh sangat besar pada pertumbuhan ekonomi Jepang.
Satu lagi, Chaebol adalah istilah bahasa Korea untuk konglomerat, yang telah menjadi kekuatan ekonomi utama dalam ekonomi Korea Selatan dari berakhirnya Perang Korea sampai sekarang ini.
Nah, Prof Humam Hamid dalam artikelnya menyebut Gampong Aree adalah “Kapitalis, Sogo shosha, dan Chaebolnya” Aceh.
Andalan setiap kegiatan