Berita Pidie
Kisah Gampong Aree dan Para Perantau yang Jadi Andalan Pembangunan, dari Malaysia Hingga Australia
Masjid At-Taibin Glee Ceurih Gampong Aree memang belum berwujud. Bahkan peletakan batu pertama masjid ini baru dijadwalkan, Selasa (27/10/2020).
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Muhammad Hadi
Bantuan pun mengalir deras. Dalam waktu belum satu bulan, bantuan yang telah dikumpulkan mencapai ratusan juta rupiah, dalam berbagai bentuk.
Hingga Kamis (22/10/2020) atau 5 hari sebelum peletakan batu pertama, jumlah sumbangan yang telah dihimpun adalah Rp 114.737.000 (dalam bentuk rupiah), AUD 6.015 (Dolar Australia), dan RM 2.790 (Ringgit Malaysia).
Selain itu, panitia juga telah menerima sumbangan dalam bentuk material berupa 2.446 sak semen, 21 truk pasir cor, 35 truk batu kelapa, 476 batang besi 14x10, 284 batang besi 16x12, 236 batang besi 8x10, 5 buah tiang dalam, 57 kotak granit lantai 60x120, dan wakaf tanah sawah seluas 12 are bibit.
“Sementara jumlah pengeluaran dana sementara adalah Rp 26.566.000,” demikian bunyi pengumuman Panitia Pembangunan Masjid Gle Ceurih yang dikirim unsur panitia, Tgk Iqbal Hasballah, kepada Serambinews.com, Jumat (23/10/2020).
Baca juga: Viral Wanita Dilamar Dengan Mahar Uang Rp 300 juta, Emas, Beras 1 Ton, Kuda, Tanah, Mobil dan Rumah
Begitulah kisah Gampong Aree, sebuah permukiman di pedalaman Pidie yang merawat tradisi merantau tapi tak pernah melupakan kampung halaman.(zainal arifin m nur)