Luar Negeri

Militer Amerika Dilaporkan Membeli Data Lokasi Pribadi Pengguna Aplikasi Muslim Pro, Ini Faktanya

Militer Amerika Serikat dilaporkan membeli data pribadi pengguna apikasi Muslim Pro yang dikumpulkan dari seluruh dunia.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
Serambinews.com
Aplikasi Muslim Pro di Play Store 

“X-Mode melisensikan panel datanya ke sejumlah kecil perusahaan teknologi yang mungkin bekerja dengan layanan militer pemerintah,” kata pernyataan X-Mode.

Baca juga: Tokoh Media Muslim, Amani Al-Khatahtbeh Ribut dengan Pria Kulit Putih, Ditangkap di Bandara Newark

“Tetapi pekerjaan kami dengan kontraktor tersebut bersifat internasional dan terutama berfokus pada tiga kasus penggunaan: kontra-terorisme, keamanan siber, dan memprediksi titik Covid-19 di masa depan, ” tambahnya.

Muslim Pro membatahnya

Pengembang aplikasi smartphone Islami yang berbasis di Singapura, Muslim Pro, membantah tuduhan menjual data pribadi penggunanya ke militer Amerika Serikat.

Pengembang aplikasi Bitsmedia mengatakan kepada The Straits Times, Selasa (17/11/2020), bahwa mereka akan segera memutuskan hubungan dengan mitra datanya.

Mereka enggan menyebutkan siapa mitra data yang akan diputuskannya itu.

"Ini tidak benar dan tidak benar. Perlindungan dan penghormatan privasi pengguna kami adalah prioritas utama Muslim Pro," kata Zahariah Jupary, Project Manajer Muslim Pro.

"Kami mematuhi standar privasi dan peraturan perlindungan data yang paling ketat, dan tidak pernah membagikan informasi identitas pribadi apa pun," sambungnya.

Baca juga: Janji Joe Biden Terhadap Muslim Amerika Serikat dan Dunia, Ini Beberapa Programnya

Zahariah mengatakan pihaknya telah meluncurkan penyelidikan internal dan sedang meninjau kebijakan tata kelola datanya.

Ia mengatakan bahwa hal itu dilakukan untuk mengonfirmasi semua data pengguna ditangani dengan benar.

Zahariah mengakui bahwa Muslim Pro telah mulai bekerja dengan X-Mode empat minggu lalu.

Tetapi sekarang pihaknya telah menghentikan kerja sama dalam bentuk apapun dengan perusahaan dan "mitra data" lainnya.

Dewan Agama Islam Singapura (MUIS) mengatakan bahwa mereka tidak memiliki pengawasan atas aplikasi seperti Muslim Pro dan tidak memberikan dukungan apa pun untuk mereka.

"Kami mendorong komunitas Muslim untuk berhati-hati saat menggunakan aplikasi semacam itu," kata pernyataan juru bicara MUIS.

Pernyataan itu menegaskan kepada umat muslim untuk berhati-hati tentang informasi pribadi yang mereka ungkapkan, syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi, dan konten yang disediakan aplikasi.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved