Apa itu Vaksin dan Mengapa Ia Begitu Penting? Inilah yang Terjadi Jika Manusia Divaksinasi
Tetapi akan ada banyak rintangan yang akan dialami pemerintah untuk melakukan vaksninasi, yakni ketersediaan yang terbatas dan ketidakpercayaan publik
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM - Pandemi virus corona telah menyoroti berbagai tantangan, tidak hanya mengembangkan vaksin, tetapi juga memastikan semua orang mendapatkannya.
Indonesia sendiri telah menerima jutaan vaksin sinovac dari China pada Minggu (6/12/2020) malam.
Tetapi akan ada banyak rintangan yang akan dialami pemerintah untuk melakukan vaksninasi, yakni ketersediaan yang terbatas dan ketidakpercayaan publik.
Para ahli telah mengkhawatirkan tentang kekhawatiran publik dalam upaya vaksinasi.
Kekhawatiran publik tentang vaksin telah terjadi ketika wabah campak melanda sejumlah negara.
Ketidakpercayaan juga merusak upaya untuk memerangi wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo.
Keraguan tentang vaksin Covid-19 sudah tinggi di Amerika Serikat, dengan hampir setengah dari orang Amerika mengatakan mereka tidak akan mendapatkannya jika tersedia sekarang.
Ada kebingungan dan kesalahpahaman tentang vaksin.
Tetapi vaksinasi adalah bagian penting dari melindungi keluarga dan kesehatan masyarakat.
Baca juga: 1,2 Juta Dosis Vaksin Corona Siap Pakai Buatan China Tiba di Indonesia, 1,8 Juta Lagi akan Menyusul
Baca juga: Vaksin Corona Produksi Rusia Mulai Divaksinasi di Negara Itu, Ini Sasarannya, Ribuan Orang Mendaftar
Vaksin dapat mencegah penyebaran penyakit menular, berbahaya, dan mematikan.
Ini termasuk campak, polio, gondok, cacar air, batuk rejan, difteri, dan HPV.
Melansir dari familydoctor.org, vaksin pertama yang ditemukan adalah vaksin cacar.
Cacar adalah penyakit yang mematikan. Ini membunuh 300 juta hingga 500 juta orang di seluruh dunia pada abad terakhir.
Setelah vaksin diberikan kepada manusia, penyakit itu akhirnya bisa dihapuskan. Ini satu-satunya penyakit yang bisa dihancurkan sepenuhnya.
Apa itu vaksin?
Vaksin (imunisasi) adalah cara untuk membangun kekebalan alami tubuh terhadap suatu penyakit sebelum Anda jatuh sakit.
Ini akan mencegah Anda tertular dan menyebarkan penyakit.
Untuk kebanyakan vaksin, bentuk virus atau kuman penyakit akan dilemahkan ketika vaksin disuntikkan ke dalam tubuh Anda.
Tubuh Anda mendeteksi kuman atau virus yang menyerang antigen dan menghasilkan antibodi untuk melawannya.
Baca juga: Sejumlah Negara di Asia Tenggara Berlomba Dapatkan Vaksin Covid-19
Antibodi tersebut kemudian tinggal di tubuh Anda untuk waktu yang lama.
Dalam banyak kasus, Antibodi itu akan bertahan selama hidup Anda.
Jika Anda pernah diserang penyakit itu lagi, tubuh Anda melalui antobodi tadi akan melawannya sehingga Anda tidak terkena penyakit tersebut.
Bagaimana cara kerja kekebalan?
Tubuh Anda membangun sistem pertahanan untuk melawan kuman atau virus asing yang dapat membuat Anda sakit.
Ini disebut sistem kekebalan tubuh.
Untuk membangun sistem kekebalan, tubuh Anda harus terkena berbagai kuman atau virus
Baca juga: Tinjau Banjir di Aceh Utara, Dyah Ingatkan Pentingnya Evakuasi Warga
Saat tubuh Anda terpapar kuman atau virus untuk pertama kalinya, tubuh Anda menghasilkan antibodi untuk melawannya.
Tetapi itu membutuhkan waktu dan Anda biasanya sakit sebelum antibodi terbentuk.
Tapi begitu Anda memiliki antibodi yang diperoleh dari vaksinasi, antibodi tetap ada di tubuh Anda.
Jadi, saat Anda terpapar kuman atau virus itu lagi, antibodi akan menyerangnya, dan Anda tidak akan sakit.
Apakah ada orang yang tidak bisa mendapatkan vaksin?
Ada beberapa orang yang tidak bisa atau tidak boleh menerima vaksinasi.
Ini termasuk bayi di bawah 2 bulan dan orang dengan masalah kesehatan tertentu.
Ada juga sejumlah kecil orang yang tidak bisa menerima vaksin tertentu.
Baca juga: Swedia Prioritaskan Panti Jompo Sebagai Penerima Pertama Vaksin Covid-19
Karena orang-orang ini tidak dapat divaksinasi, sangat penting semua orang untuk mendapatkan vaksinasi.
Ini akan membantu melestarikan "kekebalan kelompok" bagi sebagian besar orang.
Artinya jika kebanyakan orang kebal suatu penyakit karena vaksinasi, maka penyebarannya akan berhenti.
Apakah ada efek samping vaksin?
Ada efek samping setelah Anda atau anak Anda mendapatkan vaksin dan itu biasanya ringan.
Efek samping biasanya terjadi kemerahan atau bengkak di area bekas suntikan.
Terkadang anak-anak mengalami demam ringan.
Gejala ini biasanya hilang dalam satu atau dua hari.
Efek samping yang lebih serius juga pernah dilaporkan, tetapi jarang terjadi.
Diperlukan pengembangan dan pengujian secara ketat sebelum suatu vaksin disetujui sebagai vaksin yang aman dan efektif.
Baca juga: Trio Mantan Presiden AS Barack Obama, Bush dan Clinton Siap Disuntik Vaksin Corona, Bakal Live di TV
Ilmuwan dan dokter di Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mempelajari penelitian sebelum menyetujui vaksin.
Mereka juga memeriksa tempat-tempat vaksin diproduksi untuk memastikan semua aturan dipatuhi.
Setelah vaksin dirilis ke publik, FDA terus memantau penggunaannya. Itu memastikan tidak ada masalah keamanan.
Apa yang akan terjadi jika berhenti memvaksinasi ?
Jika badan kesehatan berhenti memvaksinasi, penyakit akan mulai kembali.
Baca juga: Lantai Jemur Kopi Kurang, Petani Kopi Gayo Manfaatkan Jalan Umum sebagai Tempat Jemur
Selain cacar, semua penyakit lainnya masih aktif di beberapa bagian dunia akan kembali menyerang.
Jika kita tidak tetap divaksinasi, penyakitnya akan kembali.
Akan ada epidemi lagi seperti Ebola, Flu Babi, Flu Burung, Mers dan lainnya.
Contoh kasus ini pernah terjadi di Jepang pada tahun 1970-an.
Pemerintah Jepang memiliki program vaksinasi yang baik untuk pertusis (batuk rejan).
Sekitar 80 persen anak Jepang menerima vaksinasi.
Pada tahun 1974 terdapat 393 kasus batuk rejan dan tidak ada korban jiwa.
Baca juga: Mendagri Minta Kepala Daerah Tegas Terapkan Protokol Covid-19, dan Sosialisasi Vaksin
Kemudian desas-desus bermula bahwa vaksin itu tidak aman dan tidak diperlukan.
Pada tahun 1976, tingkat vaksinasi hanya sekitar 10 persen.
Pada 1979 wabah pertusis menjadi besar, dengan lebih dari 13.000 kasus dan 41 kematian.
Segera setelah itu, tingkat vaksinasi meningkat dan jumlah kasus kembali menurun. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Baca juga: Atasi Asam Lambung dengan Bahan Dapur Bisa Dibuat di Rumah, Ada Mentimun Hingga Pala
Baca juga: 5 Bahaya Mengintai Jika Terlalu Sering Konsumsi Jeroan, Kolesterol Tinggi Hingga Asam Urat
Baca juga: 12 Azab Bagi Orang Selingkuh, Dalam Islam Itu Dosa Besar, Termasuk Zina, Ini Penjelasannya