Berita Kesehatan
Ternyata Orang Pernah Terinfeksi Virus Corona Masih Tetap Perlu Divaksin, Begini Penjelasan Pakar
ebab itu, orang yang pernah terinfeksi virus corona dan kemudian sembuh tetap perlu divaksin.
SERAMBINEWS.COM - Orang yang sembuh dari paparan virus corona atau Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) akan memiliki antibodi terhadap virus tersebut.
Oleh sebab itu, orang itu biasanya akan kebal terhadap serangan virus yang sama selama antibodinya masih kuat.
Namun rupanya, antibodi itu tidak bertahan selamanya dan akan melemah seiring waktu. Sebab itu, orang yang pernah terinfeksi virus corona dan kemudian sembuh tetap perlu divaksin.
Seperti diketahui, pemerintah sejumlah negara, termasuk Indonesia, mulai membuat perencanaan vaksinasi Covid-19.
Penemuan vaksin virus corona semakin menunjukkan perkembangan. Sejumlah negara mulai menyetujui penggunaan darurat dan melakukan vaksinasi kepada mereka yang masuk kelompok rentan.
Baca juga: Tamiang Segera Miliki Kawasan Industri, Manfaatkan Lahan Sawit Seluas 76 Hektare
Baca juga: Maling Gasak Mobil Innova yang Terpakir di Garasi
Baca juga: Refly Harun Dilaporkan ke Bareskrim Polri, Dugaan Sebarkan Ujaran Kebencian Kepada NU
Di Indonesia, pemerintah menyatakan akan memberikan vaksin Covid-19 gratis bagi seluruh warga. Vaksin bertujuan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap ancaman paparan virus corona.
Mereka yang telah sembuh dari Covid-19 diketahui telah memiliki antibodi. Namun begitu, pasien yang sembuh dari Covid-19 ini tetap perlu divaksin.
Epidemiolog kandidat PhD dari Griffth Univeristy, Australia, Dicky Budiman mengatakan, orang yang pernah terinfeksi Covid-19 dan telah sembuh masih membutuhkan suntikan vaksin. Alasannya, karena masih ada potensi reinfeksi virus corona.
"Jadi yang pernah terinfeksi pun itu perlu divaksinasi. Karena, pertama, data riset yang saat ini kita miliki membuktikan bahwa ada potensi reinfeksi," ujar Dicky saat dihubungi pada Minggu (20/12/2020).
Menurut dia, mereka yang pernah terinfeksi memiliki kekebalan tubuh dari Covid-19 sesuai dengan tingkat keparahan yang dialami.
Baca juga: Sudah Bersiap-siap di Lobi Hotel, Jamaah Umrah Indonesia Tiba-tiba Batal Berangkat, Mengapa?
Baca juga: Polda Metro Jaya Tetapkan 7 Tersangka terkait Aksi 1812, 28 Orang Jalani Karantina Reaktif Covid-19
Baca juga: Yusril Mengaku Menolak saat Diminta Bantu Habib Rizieq Shihab, Sarankan Hubungi Prabowo Subianto
Semakin parah Covid-19 yang diderita seseorang, maka kemungkinan besar memiliki antibodi kekebalan tersebut.
Namun, jika pasien memiliki gejala ringan atau tidak bergejala (OTG), maka kekebalan tubuh yang dimiliki juga akan lemah. Meski demikian, sistem kekebalan yang didapatkan pasien ini tidak berlangsung lama.
"Pasien yang terinfeksi itu pun membuktikan bahwa daya tahan ini yang timbul akibat reinfeksi tidak akan lama, sekitar 3 bulanan," ujar Dicky. "Karena atas dasar itulah otomatis orang tersebut masih membutuhkan vaksin," lanjut dia.
Dicky menerangkan, program vaksinasi ini tidak dilihat dari faktor apakah seseorang pernah terinfeksi atau tidak. Semua orang harus divaksinasi.
Akan tetapi, yang menjadi pertimbangan bukan hanya masalah program vaksinasinya, tetapi ada program prakondisinya.
Baca juga: Baitul Mal Aceh Singkil Salurkan ZIS Senilai Rp 1,3 Miliar, Ini Rinciannya
Baca juga: Baitul Mal Aceh Singkil Raih Predikat Terbaik Kategori Pendistribusian ZIS Tingkat Nasional
Baca juga: Amankan Natal dan Tahun Baru Polres Langsa Siagakan 66 Personel Gabungan, Ini 7 Amanat Kapolri
Dilansir dari Huffpost, 16 Desember 2020, seorang dokter penyakit menular di Yale Medicine yang turut menguji vaksin Pfizer, Onyema Ogbuagu meyakini, bahwa orang yang baru terinfeksi virus corona mungkin tidak perlu segera disuntik vaksin.
Penelitian menemukan, antibodi penetral yang dihasilkan oleh infeksi alami di dalam tubuh masih bertahan. Kekebalan ini setidaknya bertahan selama beberapa bulan.
Dalam kasus reinfeksi, infeksi kedua biasanya tidak terjadi 3-4 bulan setelah infeksi pertama terjadi.
"Ini cukup pasti, meskipun Anda tidak pernah dapat mengatakan dengan yakin, bahwa dalam beberapa bulan pertama setelah terinfeksi, risiko reinfeksi sangat rendah," ujar Ogbuagu.
Akan tetapi, kekebalan alami dari Covid-19 turun setelah beberapa bulan. Selain itu, tingkat antibodi dari virus corona umum lainnya berkurang dengan cepat, dan hal yang sama bisa terjadi pada penyakit Covid-19.
Baca juga: Polda Aceh Gelar Operasi Lilin Seulawah Selama 15 Hari, 1.979 Personel Dikerahkan
Baca juga: Bocah 5 Tahun Menangis di Pinggir Sungai, Ternyata Dicabuli dan Diancam Diculik, Pelaku Ditangkap
Baca juga: Simpan Sabu di Kamar, Polisi Tangkap Seorang Petani di Aceh Timur
“Orang mungkin akan dapat terinfeksi kembali berdasarkan antibodi yang semakin menurun, saat ia telah terinfeksi secara alami," urainya.
"Kami tidak tahu kapan waktunya, seperti seberapa cepat mereka rentan terhadap infeksi ulang," ujar profesor kedokteran di Divisi Penyakit Menular dan Mikrobiologi, Imunologi di Sekolah Kedokteran Geffen di UCLA, Otto Yang.
Para peneliti menduga, kekebalan yang diberikan oleh vaksin akan lebih kuat daripada kekebalan yang diperoleh karena pernah menderita suatu penyakit, termasuk Covid-19.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pernah Terinfeksi Virus Corona, Apakah Masih Perlu Suntik Vaksin Covid-19?"