Berita Kutaraja
Produsen Tahu dan Tempe di Aceh Kesulitan Bahan Baku Kacang Kedelai, Ini Solusi Distanbun
“Meski harga belinya sudah mahal, barangnya juga saat ini susah di peroleh, “ ungkap seorang pembuat tahu dan tempe di Aceh Besar, Ani.
Penulis: Herianto | Editor: Saifullah
Laporan Herianto | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Produsen tempe dan tahu di Banda Aceh dan Aceh Besar, memasuki minggu pertama bulan suci Ramadhan 1442 Hijjriah, mulai kesulitan untuk mendapatkan kacang kedelai yang merupakan bahan baku utama untuk membuat tahu dan tempe.
“Meski harga belinya sudah mahal, barangnya juga saat ini susah di peroleh, “ ungkap seorang pembuat tahu dan tempe di Aceh Besar, Ani yang ditemui Serambinews.com, Kamis (15/4/2021), di lokasi penjualan kacang kedelai di Pasar Induk Lambaro, Aceh Besar.
Ani mengatakan, terakhir beli kacang kedelai di Pasar Induk Lambaro, harganya sebesar Rp 550.000/sak (50 Kg). Sekarang harganya sudah naik lagi menjadi Rp 560.000/sak, tapi barangnya sulit diperoleh.
“Para pedagang kacang kedelai di Pasar Induk Lambaro mengatakan kepada kami kalau stok kacang kedelai di pasar sudah habis, karena belum ada kiriman dari penyalurnya di Medan,” ungkap Ani.
Adly Zainun, salah seorang pedagang grosir kacang kedelai di Pasar Induk Lambaro yang dimintai penjelasannya menerangkan, stok kacang kedelai di tokonya sudah habis.
Baca juga: Kebijakan Pemkab Aceh Singkil Keluar dari Kemiskinan
Baca juga: Awas, Uang Palsu Rp 100.000 Beredar di Subulussalam, Seorang Pedagang Tertipu
Baca juga: Bukan Hanya di Natuna, 240 Kapal China Sesaki Lautan Filipina Ambil Berton-ton Ikan Secara Ilegal
Pihaknya sudah dua pekan meminta kiriman barang dari penyalur dan pengimpor kedelai di Medan. “Tapi mereka menyatakan, kedelai impor dari luar negeri belum masuk ke Medan,” papar Adly.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Aceh, Ir Cut Huzaiman, MP, melalui Kabid Produksi Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Syafrizal yang dimintai tanggapannya terkait kelangkaan kacang kedelai di Aceh kepada Serambinews.com, Kamis (15/4/2021), mengatakan, pengembangan tanaman kedelai/kacang kuning setiap tahunnya tetap ada.
Pada tahun 2021 ini, sebut Syafrizal, dari sumber dana APBN, ada program pengembangan tanaman kedelai seluas 1.500 hektare, yang tersebar di tujuh daerah, yaitu Pidie seluas 200 hektare, Pijay 100 hektare, Bireuen 205 hektare, Aceh Utara 280 hektare, Aceh Timur 250 hektare, Aceh Tamiang 165 hektare, dan Aceh Besar 300 hektar.
Petani yang masuk dalam program pengembangan tanaman kedelai, urai Syafrizal, mereka diberikan bibit kedelai, pupuk dan obat-obatan pembasmi hama kacang kedelai secara gratis.
“Meski diberikan bibit, pupuk, dan obat pembasmi hama secara gratis, petani di daerah yang sawahnya ada irigasi teknis, masih ada juga yang kurang berminat menanam kacang kedelai dengan berbagai alas an,” paparnya.
Baca juga: Bacaan Doa Kamilin Setelah Shalat Tarawih, Disertai Arab & Latin, Dilengkapi Doa Setelah Salat Witir
Baca juga: VIDEO Dayah Salafiah Darussa’adah Cot Puuk di Bireuen Tetap Eksis, Berusia Puluhan Tahun
Baca juga: Kepergok Jual Chip Domino, Pemilik Counter Isi Ulang Pulsa Ditangkap, HP & Uang Rp 1 Juta Diamankan
Program penanaman kacang kedelai ini, ulas Syafrizal, biasanya dilakukan setelah usai musim tanam rendengan.
Tujuannya agar lahan sawah yang bekas ditanamai padi, jangan lagi langsung ditanami padi, melainkan diselingi dengan tanaman kedelai.
Tujuannya, menurut Syafrizal, untuk mengeliminasi berkembangnya hama tanaman padi, sehingga bibit kedelai yang ditanam bisa tumbuh dengan subur dan menghasilkan produktivitas kacang kedelai yang tinggi mencapai di atas 2 ton/hektare.
Harga kacang kedelai impor saat ini di Aceh, sebut Syafrizal, sudah menembus angka Rp 11.000/Kg atau Rp 550.000/sak (50 Kg).