Kupi Beungoh

Kunjungan Ramadhan ke AD Pirous: Menyaksikan Seniman Bertasbih dan Berzikir (I)

Sekalipun hampir seluruh mukanya tertutup, namun di ujung matanya dan di dahinya, nampak  rona senang dan ramah.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Sosiolog Aceh, Ahmad Humam Hamid, berkunjung ke galery lukisan seniman Indonesia asal Aceh, Abdul Djalil Pirous (AD Pirous), di kawasan Dago Pakar, Bandung, April 2021. 

Saya bergumam dalam hati, “opium sufistik” itu mulai bekerja, paduan goresan dan warna dari ujung jari Pirous kembali menyentuh kalbu, semakin lama semakin menghunjam, dan itu adalah kenikmatan yang sukar dilukiskan.

Saya mulai bertanya seindah inikah pengembaraan sufistik dalam berbagai bentuk ekspresi ibadah dan seni yang dilakukan oleh indatu dan diteruskan hari ini oleh orang biasa yang dibimbing para ulama.

Baca juga: Napoleon, Kohler, Muzakir Walad, dan Warisan Gampong Pande (3- Habis)

Baca juga: VIDEO Pemuda Thailand Nasrudin Muelee Mahasiswa Ganteng Cinta Aceh, Anak Vespa Pandai Muay Thai

Bertasbih dengan Lukisan

Saya terkesima melihat sejumah lukisan terakhir Pirous, terutama ketika dunia dilanda pandemi Covid-19.

Pirous, yang karena pandemi nyaris tidak keluar, ternyata bertasbih dengan belasan lukisan, bahkan mungkin mencapai dua puluh lukisan pada tahun 2020.

Ia menangis, pasrah, dan memuja kebesaran sang Khalik dengan lukisan-lukisan itu.

Ia membawa kami ke sebuah lukisan dengan warna yang sangat kontras yang meresepresentasikan kelemahan, kekecilan, dan ketidakberdayaan bumi dengan garis kecil yang kemudian besar seperti panah menembus langit.

Garis itu menuju ke  Maha Digdaya, Maha mengetahui, dan Maha Memaafkan, dan itu adalah munajat Pirous, munajat kemanusiaan, dan munajat kita semua.

Sosiolog Aceh, Ahmad Humam Hamid, berkunjung ke galery lukisan seniman Indonesia kelahiran Meulaboh Aceh Barat, Abdul Djalil Pirous (AD Pirous), di kawasan Dago Pakar, Bandung, April 2021.
Sosiolog Aceh, Ahmad Humam Hamid, berkunjung ke galery lukisan seniman Indonesia kelahiran Meulaboh Aceh Barat, Abdul Djalil Pirous (AD Pirous), di kawasan Dago Pakar, Bandung, April 2021. (SERAMBINEWS.COM/Handover)

Itulah mungkin tasbih master piece Covid-19 Pirous yang membuat siapapun yang mampu melihat karya itu dengan perasaan dan mata hati, mampu merasakan kerapuhan dan kefanaan makhluk di hadapan sang penguasa tunggal, Raja diRaja Allah SWT.

Itu adalah tangis dan  tasbih, dan munajat  Pirous yang tiada tara.

Kenikmatan itu menjadi bertambah tamabah ketika melihat lukisan, bersambung oleh penjelasan sang Maestro sendiri tentang berkuasanya sang Azza Wajalla.

Setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah pengakuan yang tulus dan sungguh-sungguh tentang setiap partikel kecil lukisannya tentang pengabdian, penyerahan, dan penyembahan kepada Allah SWT yang sangat hakiki.

Ujung jari Pirous dalam lukisan itu mewakili mereka yang kecewa, pasrah, dan mungkin juga putus asa, untuk kemudian segera harus sadar, manusia  tak lebih dari seorang “pengembara” untuk jangka waktu yang sangat pendek.

Pirous dengan sangat anggun meletakkan manusia sebagai sebuah “nano” dalam sebuah semesta yang tak terbatas dan, dalam kekuasan pengawasan sang tak Terbatas.

Ada tasbih dan zikir yang tak berhenti mengalir di lukisan itu disertai dengan tangis nestapa ummat dan kemanusiaan.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved