Kupi Beungoh
Kembalikan Orientasi dan Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Islam ke Khittahnya
Selama Islam itu masih Islam yang dibawa Rasulullah saw. dengan Alquran dan Sunnah sebagai pedoman hidup, maka itu pedoman kurikulum bagi muslim
Allah Ta’ala berfirman dalam surah Al-Qashash ayat 77:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia isi kurikulum yang harus diterima seorang muslim adalah segala pengetahuan umum yang bermanfaat dalam rangka menghadapi perkembangan zaman, dan segala macam skill agar anak didik dapat survive dalam hidup secara materi/ekonomi, secara strategi dan metodologi.
Seperti fisika, kimia, matematika, sosiologi, seni dan lainnya yang dibutuhkan manusia untuk dapat survive dan dapat menghasilkan uang untuk bisa bertahan hidup.
Bagian kurikulum ini, yang menurut saya boleh diperbaharui, dikembangkan atau istilah lainnya, butuh pembaharuan, butuh perubahan, butuh revitalisasi agar sesuai dengan kemampuan anak dan kebutuhan, juga tuntutan zaman.
Jadi menurut saya bagian ini saja dari kurikulum yang boleh diutakatik, diganti, ditambah, dibuang atau lainnya.
Malah menurut saya bagian ini, harus selalu dievaluasi setiap waktu dan setiap periode agar sesuai dengan perkembangan zaman.
Kenapa kita harus mengembalikan orientasi dan pelaksanaan kurikulum pendidikan muslim pada Titah Ilahi, karena mau tidak mau kita akan kembali pada Nya, tentu akan ditanya dan dievaluasi di Padang Mahsyar sejauh mana pelaksanaan kurikulum yang sudah diturunkan Nya kepada setiap Muslim, kepada kita semua.
Hal ini perlu segera dilakukan, karena jika kita lihat realitas di kehidupan:
1. Semangat ke Islaman mulai luntur.
2. Semangat berdakwah hanya dilaksanakan sebagian orang padahal itu kewajiban setiap muslim.
3. Banyak anak-anak, baik laki-laki/perempuan, bapak-bapak/ibu-ibu belum lancar membaca al-Quran.
4. Sebagian anak dan bahkan mahasiswa tidak shalat dan ada yang belum bisa shalat.
5. Orang tua suddah tidak lagi ditaati oleh anak.
6. Banyak kasus perceraian dari rumah tangga muslim.