Kupi Beungoh

Nek Munah Pidie Jaya, KPK, dan Pembangunan Kita (III)

Apa yang membuat kawan-kawan Nek Munah cs itu jarang sekali menderita penyakit jantung, diabetes, dan kanker?

Editor: Zaenal
KOLASE SERAMBINEWS.COM
Prof. Dr. Ir. Ahmad Humam Hamid, M.A, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala. 

Makanan utama, seperti ubi-ubian, beras, gandum, dan jali semuanya masih dalam bentuk yang belum “sangat terganggu” dengan teknologi pengolahan.

Menggunakan istilah “wholefood”-makanan alami yang tidak mendapat perlakuan pemurnian tehnologi, tidak lain umpama beras kakek nenek di Aceh, generasi Nek Munah.

Beras generasi Nek Munah adalah beras yang ditumbuk dengan “jeungki”-lesung, sehingga semua vitamin dan mineral, tidak terkelupas yang sangat berbeda seperti beras konsumsi hari ini.

Itu berlaku untuk semua biji-bijian yang dikonsumsi seperti gandum, dan jail-barley.

Sebagai perbandingan beras konsumsi, dan tepung gandum di tempat kita hari ini pada hakekatnya tak lebih sebagai “gula pasir” dalam bentuk tepung, sesuatu yang tidak pernah ada dalam kamus makanan harian di semua kawasan biru itu.

Itulah mungkin salah satu alasannya kenapa hari ini Aceh berada dalam empat besar diabetes nasional.

Apakah mereka tidak membutuhkan protein?

Ya, mereka tetap butuh protein dari hewan, seperti ikan, daging, telur, dan susu, termasuk yogurt, dengan sangat terbatas.

Namun porsi terbesar protein mereka didapatkan dari tumbuhan, terutama dari bebagai kacang, termasuk dari jenis polong-polongan.

Prinsip makan di semua tempat itu adalah pembatasan asupan kalori, tidak dalam jumlah banyak.

Bahkan di Pulau Ikaria Yunani, sebagai pemeluk Kristen Orthodoks yang taat menjalani puasa 150 hari per tahun.

Di tempat lain di kawasan Blue Zones, tradisi makan sedikit dengan interval antara makan pagi -makan malam yang mencapai 8 jam.

Oleh Dan Buetner, penulis buku Blue Zone dikategorikan sebagai intermitent fasting-puasa selang waktu.

Berkebalikan dengan budaya kita dengan istilah “geureuda”-istilah untuk rakus dan banyak makan, di Okinawa dikenal istilah sebaliknya, yakni “hara hachi bu”, makan sampai kamu kenyang, tetapi jangan sampai penuh dan sangat kenyang.

Para ahli menyebutkan ukuran “hara hachi bu” adalah 80 persen perut terisi.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved