Kupi Beungoh
Ekonomi Gampong Bakongan: Sawit, Rekonsiliasi Ekonomi dan Lingkungan (V)
kontroversi terbesar tentang agribisnis kelapa sawit adalah debat panjang antara sawit sebagai pembawa kemakmuran, dan sawit sebagai pembawa bencana
Kehilangan keanekaragaman hayati juga diyakini sebagai salah satu sebab kehilangan dan kegoncangan besar keseimbangan alam yang selalu berujung kepada malapetaka kepada manusia dan kemanusiaan.
Ekspansi besar-besaran agribisnis sawit terhadap hutan tropis, termasuk pemanfaatan kawasan rawa gambut yang tak terkendalikan adalah contoh nyata tentang potensi ancaman.
Hal inilah yang selalu diperingatkan oleh para ahli yang perlu mendapat perhatan serius.
Dalam pemahaman biologi ketika satu saja spesies makhluk hidup punah, maka mahluk itu akan menjadi sejarah, dan tak akan pernah kembali lagi hidup.
Sebut saja misalnya ketika orang hutan atau badak Sumatera punah, maka mereka akan menjadi gambar mati, persis seperti gambar mammoth-gajah besar Timur Tengah dan Afrika yang tergambar di buku-buku biologi hari ini.
Baca juga: Ekonomi Gampong Bakongan: Aceh, ‘Daerah Modal’ Sawit & Kebutuhan Minyak Nabati Global Abad XXI (IV)
Sawit: Rekonsiliasi Ekonomi vs Lingkungan
Dengan fakta dan alasan yang cukup kuat untuk kedua pandangan- ekonomi vs lingkungan, sangat sukar untuk membuat pilihan mana yang mesti didahulukan.
Dengan melihat kepada potensi ancaman lingkungan yang terjadi akibat penanaman kelapa sawit, haruskah agribinis ini dihentikan, bahkan kalau perlu dilarang?
Sebaliknya dengan melihat kepada keuntungan dan masa depan ekonomi, pembangunan, dan kesejahteraan, haruskah kemudian agribisnis dikembangkan secara besar-besaran, tanpa sedikitpun memperhitungkan dampak buruk yang akan ditimbulkan.
Dengan melihat skenario kebutuhan minyak nabati dunia yang begitu tinggi mulai dekade yang akan datang, layakkah kemudian ekspansi agribisnis kelapa sawit dilakukan tanpa menghiraukan kesimbangan lingkungan dan berbagai kaedah sosial ekonomi lain yang relevan?
Suatu hal yang penting mesti diingat tentang agribisnis kelapa sawit, tidak semua cerita indah dan baik tentang komoditi adalah mutlak adanya.
Sebaliknya, tidak semua cerita buruk yang menyangkut dengan sawit ini adalah buruk belaka.
Setiap interaksi manusia dengan alam, apalagi untuk kegiatan ekploitasi sumber daya alam, bahkan eksploitasi massif selalu saja membawa dimensi keburukan dan kebaikan.
Dalam konteks agribisnis kelapa sawit hari ini, tantangan terbesar yang mesti dipecahkan adalah bagimana mencari sebuah formula rekonsiliasi yang memadai untuk mendamaikan kedua perspektif itu dengan baik.
Salah satu hal yang mesti disadari adalah agribinis sawit tidak hanya berurusan dengan perusahaan besar domestik maupun multi nasional, tetapi juga rakyat kecil di pedesan.