Kupi Beungoh

Ekonomi Gampong Bakongan: Sawit, Rekonsiliasi Ekonomi dan Lingkungan (V)

kontroversi terbesar tentang agribisnis kelapa sawit adalah debat panjang antara sawit sebagai pembawa kemakmuran, dan sawit sebagai pembawa bencana

Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Di sebalik keterlibatan perusahaan besar, agribisnis ini juga menyangkut dengan kehidupan jutaan petani sawit yang telah membuktikan berhasil keluar dari kemiskinan.

Disamping itu, sawit juga telah terbukti menyediakan pekerjaan, memperkecil pengangguran, meningkatkan pendapatan, meningkatkan kesejahteraan, dan mempercepat pembangunan wilayah.

Adalah sesuatu yang tak terbayangkan jika sawit kemudian hanya dilihat dari segi kerusakan belaka.

Disamping berbagai kebaikan yang dihasilkan oleh sawit, terdapat pula sederetan ancaman yang ditimbulkan, baik karena disengaja atau tidak.

Terjadi pembukaan lahan yang sama sekali tidak taat kepada prinsip tata ruang, yang bahkan kadang terasa sangat ekstrim.

Tidak jarang   ditemui perusahaan yang melanggar aturan secara sangat vulgar, termasuk mengkonversi kawasan lindung.

Tidak jarang pula, akibat ketidaktahuan, ataupun ketidakpatuhan, rakyat juga sering terlanjur melakukan hal yang sama. 

Sangat sering pula, ekspansi agrbisnis melahirkan masalah sosial baru, yakni konflik lahan yang kadar kerumitannya juga dapat merusak tidak hanya bisnis sawit saja, namun juga pembângunan secara keseluruhan.

Kata kunci mendamaikan perdebatan sawit antara ekonomi vs lingkungan adalah menambahkan kata “keberlanjutan” seperti yang telah semakin sering digunakan akhir-akhir ini.

Pada intinya, ketika disebut kata sawit berkelanjutan, maka yang terjadi adalah sebuah keterpaduan yang serasi yang diterapkan dalam agribisnis kelapa sawit yang menempatkan keseimbangan antara aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial.

Hal ini tidak hanya berlaku pada tataran budi daya, akan tetpi juga mencakup ke dalam wilayah industri pengolahan.

Tantangan terbesar perdagngan komoditi pertanian hari ini, terutama sawit adalah kesadaran konsumen, berikut dengan ketentuan negara pengimpor komoditi yang semakin mensyaratkan pemenuhan aspek keberlanjutan itu.

Ketika persyaratan dan komitmen itu tidak dipenuhi, maka tingkat kompetitif komoditi menjadi rendah, yang pada ujungnya akan berurusan dengan harga yang rendah, dan bahkan pemboikotan konsumen.

Bahkan di Cina dan India sekalipun yang sering dipersepsikan sebagai negara yang kurang peduli dengan lingkungan, kesadaran lingkungan di kalangan konsumen milenial ditemui semakin tinggi, dan hal ini tentu saja akan berdampak terhadap komoditas sawit di hari-hari yang akan datang. 

Dalam konteks sawit, persaingan baru diantara sesama negara produsen sawit-terutama Malaysia, adalah perpacuan untuk mendapatkan pengakuan status keberlanjutan yang akan menjadi faktor kunci dalam preferensi konsumen.

Ini adalah tantangan terbesar nasional saat ini, dan juga tantangan sangat besar agribisnis sawit Aceh hari ini dan di masa yang akan datang.

Bagi Aceh, tantangan agribisnis sawit ini sangat kompleks.

Masalah perencanaan tata ruang budi daya yang belum tuntas, komitmen pemerintah provinsi dan kabupaten kota yang relatif rendah, norma budi daya yang baik dari petani yang masih sangat kurang, dan kerentanan keuangan petani adalah sejumlah hal serius yang mesti dipecahkan.

Mengurus agribisnis sawit memang tidak mudah, tetapi Aceh tidak punya banyak pilihan untuk mencari solusi pendapatan, pekerjaan, dan kemiskinan pedesaan.

Salah satu yang sudah terbukti manjur, walau kadang tergoncang adalah kelapa sawit.

Agribisnis ini, terutama petani kelapa sawit  mesti ditangani seara sangat serius.

*) PENULIS adalah Sosiolog, Guru Besar Universitas Syiah Kuala.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

BACA BERITA LAINNYA

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved