Kupi Beungoh

Ekonomi Gampong Bakongan: Sawit, Pemerintah Daerah, dan Inspirasi Revisi Teori Boeke (VII)

Tidak jarang program penanaman kelapa sawit yang digerakkan pemerintah hanya sebatas pra TBM yang hanya berlangsung dalam hitungan 1-2 tahun anggaran

Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Kita tidak tahu, apakah pejabat publik kita atau penasehat mereka membaca buku atau tulisan tentang Boeke, tetapi apa yang dikerjakan persis seperti rekomendasi itu.

Boeke dewasa dan tua bukanlah manusia statis, dia dinamis dan kemudian berevolusi.

Baca juga: Ekonomi Gampong Bakongan: “The New Boeke Theory” untuk Petani Sawit Aceh? (VI)

Hanya dalam tempo 15-20 tahun Boeke telah berobah, dan ia kemudian menjadi penganjur dan bahkan orang penting yang ditunjuk oleh pemerintah kolonial Belanda untuk membatu penguatan ekonomi pribumi.

Penunjukan dirinya sebagai penasihat ekonomi rakyat oleh pemerintah jajahan membuat dia lebih mampu melihat kenyataan.

Ia diberi tugas sebagai ketua komisi untuk menyelidiki dan mempelajari tentang manfaat koperasi untuk ekeoromi rakyat.

Dan hasilnya, Boeke memberi rekomendasi lagi, kali ini ia memihak pribumi, koperasi rakyat itu penting untuk memajukan pribumi.

Pentingnya Koperasi Sawit

Pada tahun 1930 Boeke resmi diangkat oleh pemerintah Belanda menjadi ketua jawatan koperasi, dan ia kemudian bekerja keras untuk instituis itu.

Seorang intelektual lugu yang salah di awal, kemudian menjadi berobah ketika menjadi penasihat dan birokrat yang menjadi penganjur lembaga ekonomi rakyat koperasi.

Ketika perobahan dinamika Boeke itu kita kaitkan dengan program pemerintah pusat kita kepada penguatan koperasi petani kelapa sawit atau program kemitraan, lagi-lagi pejabat publik kita juga enggan, dan bahkan sampai hari ini belum terdengar ada koperasi petani kelapa sawit di Aceh yang mumpuni.

Seorangpun tidak tahu apakah pejabat publik kita dalam kaitannya dengan petani sawit Aceh pernah membaca atau tahu tentang pikiran Boeke tentang ekonomi rakyat.

Hanya saja yang tampak adalah relaitas memilah dan memilih terhadap anjuran Boeke.

Mereka setuju dengan Boeke muda untuk membiarkan petani sawit berjalan apa adanya, tidak mau bersusah payah menyelesaikan persoalan struktural yang menyekap mereka.

Jika mereka setuju dengan Boeke muda, pada saat yang sama mereka juga enggan “menerima” teori Boeke dewasa tua.

Mereka enggan melakuan upaya penguatan koperasi atau kemitraan untuk memajukan ekonomi petani sawit.
Kalau ini realitasnya, Aceh memang luar biasa.

Pejabat publik kita mampu menjadikan dirinya untuk menjadi inspirasi revisi teori ekonom rakyat klasik terkenal, Julius Herman Boeke.

*) PENULIS adalah Sosiolog, Guru Besar Universitas Syiah Kuala.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved