Indra Iskandar, Sekjen DPR RI Asal Aceh, Pernah Ditugas Gus Dur Jumpai Panglima GAM Abdullah Syafi'i
Ayahnya, Abu Bakar asal Gampong Puuk, Kemukiman Lhang Tijue, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Sedangkan ibunya asal Gampong Keuniree, Kecamatan Pidie
Penulis: Idris Ismail | Editor: Mursal Ismail
Ayahnya, Abu Bakar asal Gampong Puuk, Kemukiman Lhang Tijue, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Sedangkan ibunya asal Gampong Keuniree, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie, Aceh.
Laporan Idris Ismail I Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Barang kali masih banyak yang belum tahu, ternyata Sekretaris Jenderal atau Sekjen DPR RI, Dr Ir Indra Iskandar MSi, adalah putra asli Aceh.
Ayahnya, Abu Bakar asal Gampong Puuk, Kemukiman Lhang Tijue, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh.
Sedangkan ibunya asal Gampong Keuniree, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie, Aceh.
Keduanya diperkirakan sudah merantau ke Jakarta sejak tahun 1950-an.
Adapun Indra Iskandar lahir di Rawamangun, Jakarta pada 14 November 1966.
Pria yang kini hampir berusia 55 tahun itu mengawali karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Pemprov DKI Jakarta.
Karirnya pun bersinar, sehingga setelah reformasi tahun 1998, ketika Presiden dijabat KH Abdurrahman Wahid, Indra Iskandar diminta untuk membantu Presiden yang lebih dikenal Gus Dur ini.
Baca juga: Sekjen DPR RI Indra Iskandar: Aceh Kaya di Google 8.810.000 Entri, “Aceh Miskin” 3.660.000 Entri
"Dengan Gus Dur, pernah sama-sama dalam satu forum demokrasi di Istana melalui Kementerian Sekretariat Negara (Sekneg)," kata Indra Iskandar menjawab Serambinews.com, Jumat (30/7/2021).
Sederet tugas dan jabatan pernah dipercayakan kepada Indra Iskandar di Kemensesneg hingga ia menjabat Kepala Biro Umum dan Asisten Deputi Hubungan Lembaga Negara dan Daerah.
Menurutnya, ada satu tugas menarik yang diamanahkan Gus Dur kepadanya, tetapi tak banyak diketahui orang.
Ya, pada tahun 2000, Indra mendapat tugas khusus dari Presiden Gusdur.
Tugas itu, yakni mendampingi Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) ketika itu, Bondan Gunawan bertemu Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Teungku Abdullah Syafi'i di Aceh.
Menurut Indra, melalui pendekatan sebagai sesama anak bangsa, pertemuan yang menjadi titik awal dibukanya komunikasi secara resmi antara Pemerintah Indonesia dan GAM itu berjalan sangat kondusif dan humanis.
Baca juga: Draf RUU Cipta Kerja 1.035 Halaman Beredar, Ini Penjelasan Sekjen DPR RI Indra Iskandar