Opini
Perempuan dalam “Sakratul Maut”
Siang itu, cuaca terasa panas. Sepanas berita yang disuguhkan surat kabar. “Seorang Remaja Dirudapaksa dan Digilir 14 Pemuda
Oleh. Asmaul Husna
Pegiat di Forum Aceh Menulis (FAMe) dan Pemerhati Isu Perempuan
Siang itu, cuaca terasa panas. Sepanas berita yang disuguhkan surat kabar. “Seorang Remaja Dirudapaksa dan Digilir 14 Pemuda di Nagan Raya,” begitu bunyi berita yang diantarkan Serambi Indonesia (17/12/2021).
“Perempuan 16 Tahun di Aceh Utara Diperkosa dan Dijadikan Komoditi Seks, Terungkap Setelah Hamil.” Kabar berita yang tertulis di media lainnya.
Langit Nagan dan Aceh Utara, menjadi mendung tiba-tiba. Satu persatu perempuan Aceh, mala sebelum waktunya. Kabar yang disuguhkan Desember ternyata tidak sedingin musimnya.
Mencatat luka
Siang itu, saya dihubungi oleh Ketua LBH Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (APIK) Aceh, Roslina Rasyid. Beliau meminta saya untuk datang ke kantornya di Lhokseumawe. Kami berdikusi panjang.
Beliau menyampaikan keresahannya tentang semakin banyaknya kasus-kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak. Paralegal di lembaga bantuan hukum tersebut hampir saban waktu menemukan dan mendampingi kasus-kasus kekerasan seksual.
“Ajarkan paralegal kami untuk menulis,” mintanya kala itu. “Kasus-kasus yang ditemukan dan didampingi oleh paralegal kami, harus dibukukan.
Agar semua kasus-kasus kekerasan seksual yang terjadi di Aceh, terdokumentasi dengan jelas. Menjadi pelajaran buat orang lain, bukan hanya sekadar berakhir laporan di kepolisian yang belum tentu proses hukumnya,” jelas Ketua LBH APIK saat itu.
Saya menyambut baik niat baik itu. Pelatihan menulis untuk paralegal pun segera dilaksanakan. Saya mendampingi teman-teman paralegal dalam proses menulis beragam kasus kekerasan seksual yang mereka temui dan dampingi di lapangan hingga tulisan selesai. Namun ketika melakukan editing, saat itulah aroma menyesakkan itu dimulai.
Tidak mudah menyunting buku tersebut. Saya beberapa kali harus mengambil jeda usai mengedit satu atau dua tulisan. Psikologis saya terganggu ketika membaca berbagai kasus kekerasan dan pelecehan seksual baik yang dialami oleh perempuan bahkan mereka yang masih berstatus anak.
Usai mengedit tulisan hingga tengah malam, dapat dipastikan semua kisah yang dituliskan oleh paralegal dalam buku ini kembali hadir dalam mimpi saya.
Di mimpi, saya seolah melihat dengan nyata wajah-wajah perempuan dan anak yang menjadi korban pelecehan seksual tersebut. Saya seolah berada di tempat kejadian dan melihat langsung wajah-wajah ketakutan itu.
Dulu, saya tak percaya kasus-kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak yang pelakunya adalah kerabat dekat seperti paman, kakak, atau ayah kandung sendiri itu terjadi di Aceh.