Fearure
Persamaan Nasib dan Hukum Adat Laot, Mengikat Aceh Sambut Rohingya
Warga Aceh sudah tahu tentang stigma yang melekat pada orang Rohingya, namun ini masalah kemanusiaan dan warga Aceh pernah hidup dalam konflik.
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Nurul Hayati
Warga Aceh sudah tahu tentang stigma yang melekat pada orang Rohingya, namun ini masalah kemanusiaan dan warga Aceh pernah hidup dalam konflik.
Laporan Muhammad Nasir I Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Pantai Lancok, Kecamatan Syamtialara Bayu, Aceh Utara sudah tampak sibuk sejak fajar terbit.
Bisa terdengar mesin-mesin kapal mulai mengerang, sementara jaring-jaring pukat terlihat menumpuk di geladak boat-boat di sungai kecil di pinggir kampung bersiap melaut, berharap mendapat tangkapan besar.
Tak jauh dari tambatan boat nelayan, Iswadi (40) sedang bersiap-siap untuk membuka usaha warungnya, di tepian pantai.
Iswadi adalah warga Lancok yang berprofesi ganda.
Selain menjadi nelayan, Iswadi juga pemilik usaha cafe dan warung di tepi pantai.
Pasalnya, kampung ini jadi tujuan rekreasi warga lokal dan pemilik café suka kebanjiran berkah.
Pagi itu, 26 Juni 2021, di tengah kesibukannya menyapu halaman warung, Iswadi mendengar kegaduhan.
Baca juga: Begini Kondisi Wanita Rohingya yang di Larikan ke Rumah Sakit
Semua orang berbondong-bondong menuju arah pantai.
Sudah dua malam, Iswadi mendengar selentingan ada kapal berisi pengungsi Rohingya yang terombang-ambing di Selat Melaka, tak jauh dari desa mereka.
Informasi itu menyebar dari mulut ke mulut.
Pagi itu, satu kapal kayu berisi pengungsi Rohingya sudah terpampang jelas beberapa meter dari pinggir pantai, tidak jauh dari cafenya.
Tanpa pikir panjang, pria yang akrab disapa Aples Kuari ini menutup warung dan ikut warga ke pantai.
Pagi itu langit menghitam, pertanda hujan segera turun.