Internasional

Pasukan Keamanan Libya Bubar Paksa Demonstrasi Aksi Duduk Migran

Pasukan keamanan Libya membubarkan paksa aksi protes duduk para migran. Aksi mereka dilakukan di luar pusat komunitas PBB yang ditutup di ibu kota

Editor: M Nur Pakar
AFP/FATHI NASRI
Para migran yang diselamatkan oleh garda nasional Tunisia selama percobaan penyeberangan Mediterania dengan perahu, beristirahat di pantai pelabuhan el-Ketef di Ben Guerdane Tunisia selatan, dekat perbatasan Libya, pada 6 Januari 2022. 

Seorang juru bicara pemerintah tidak menjawab panggilan telepon dan pesan yang meminta komentar.

Dalam tindakan keras Oktober 2021, pihak berwenang Libya menangkap lebih dari 5.000 migran.

Termasuk ratusan anak-anak dan wanita, puluhan di antaranya hamil, menurut PBB.

Pihak berwenang menggambarkannya sebagai operasi keamanan terhadap migrasi ilegal dan perdagangan narkoba.

Baca juga: Tentara Asing dan Bayaran Akan Segera Hengkang dari Libya

Para migran yang ditahan dibawa ke pusat-pusat penahanan yang penuh sesak, yang memicu kecaman dari PBB dan kelompok-kelompok hak asasi manusia.

Libya yang kaya minyak telah dilanda kekacauan sejak pemberontakan yang didukung NATO menggulingkan dan membunuh diktator lama Moammar Gadhafi pada 2011.

Negara Afrika Utara itu dalam beberapa tahun terakhir muncul sebagai titik transit migran yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Afrika dan Tengah-Timur.

Mereka berharap untuk kehidupan yang lebih baik di Eropa.

Para penyelundup telah memanfaatkan kekacauan itu.

Sering kali membawa keluarga-keluarga yang putus asa ke dalam perahu karet atau kayu yang tidak lengkap.

Mereka terhenti dan tenggelam di sepanjang rute Mediterania Tengah yang berbahaya.

Ribuan telah tenggelam di sepanjang jalan, yang lain telah dicegat dan dikembalikan ke Libya.

Mereka yang ditahan di darat dan yang lainnya dikembalikan ke pantai sering dibawa ke pusat penahanan yang dikelola pemerintah.

Baca juga: Migran Hadapi Siksaan Berat di Libya, Bayar Denda Sampai Jadi Budak

Tetapi, penuh dengan penyiksaan, penyerangan seksual dan pelanggaran lainnya.

Penyelidik yang ditugaskan PBB mengatakan pelecehan dan perlakuan buruk terhadap para migran di laut di pusat-pusat penahanan.

Mereka berada di tangan para pedagang di Libya yang merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved