Jurnalisme Warga
Kisah Waled Nu dan Korban Tsunami yang Inspiratif
Gerakan kultural yang biasanya dilakukan oleh dayah telah mampu mencetak generasi-generasi penerus bangsa yang seimbang antara pengetahuan sosial
Tulisan ini tentu menjadi spirit bagi kita bahwa semua yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil jua.
Kisah korban tsunami Pagi itu, Minggu (26/12/2004), sedang asyik mandi di pantai, tiba-tiba bocah kecil itu digulung air.
Ombak besar tak seperti biasanya itu menghantam tubuh mungilnya.
Ia terseret.
Baca juga: Erdogan Doakan Korban Tsunami Aceh
Baca juga: Korban Tsunami Aceh Tinggal di Kolong Jembatan
Terjatuh dalam tambak yang mengelilingi sepanjang bibir pantai Angkieng, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen.
Melawan arus air yang deras, ia berlari sekuatnya.
Menuju jalan raya.
Melintasi persawahan yang melintang sepanjang Tanjongan-Batee Iliek.
Tujuannya mencari tempat tinggi: pegunungan Batee Iliek.
Sembari berlari, matanya sesekali melirik ke belakang.
Dalam kesempitan penglihatannya itu, ia melihat desa yang dicintainya itu hancur dihantam ganasnya air laut.
“Ho ka mak lon, ho ka ayah lon [Di mana ibu saya, di mana ayah saya],” teriaknya memanggil-manggil kedua orang tuanya.
Hatinya bergemuruh.
Bocah kelas 5 SD itu terpisah dari keluarganya.
Dua hari kemudian, mereka bertemu kembali.