Kupi Beungoh

Jejak Hadis dalam Hikayat Prang Sabi

Hikayat Prang Sabi adalah sebuah karya sastra legendaris yang tak asing lagi dalam lingkup masyarakat Aceh.

Editor: Mursal Ismail
For Serambinews.com
Fadhli Espece, Pengkhidmat Hikayat Prang Sabi dan Muhammad Arifin, Alumnus Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga 

Hadis yang dipakai oleh pengarang berfungsi untuk memotivasi serta memperkuat argumentasi yang telah disampaikannya dalam mengobarkan semangat peperangan yang terjadi di Aceh.

Ada dua pendekatan yang harus dipahami oleh seorang pensyarah hadis. Pendekatan tekstual dan kontekstual.

Dalam pendekatan tekstual, praktik syarah lebih cenderung pada teks yang terdapat di dalamnya.

Pendekatan ini lebih memfokuskan kinerjanya pada gramatikal, sehingga cenderung menggunakan analisis yang bergerak dari refleksi (teks) ke praksis (konteks).

Sedangkan pendekatan kontesktual melibatkan pemahaman yang di luar dari teks (asbabul wurud). 

Artinya melihat kembali bagaimana sebuah teks muncul dan hadir dalam lingkup masyarakat.

Baca juga: Nilai-Nilai Edukasi Hikayat Prang Sabi

Pendekatan ini biasanya memfokuskan pada pemahaman suatu teks dengan cara melacak keadaan/peristiwa yang melibatkan teks harus muncul dalam kehidupan saat itu.

Termasuk situasi dan kondisi dimana hadis hadir dalam masyarakat saat itu.

Kemudian juga harus dipahami dengan interdisiplin ilmu-ilmu yang berkembang saat ini.

Kajian hadis dalam Hikayat Prang Sabi lebih mendahulukan konteks yang kemudian dijustifikasi oleh teks.

Artinya pengarang tidak akan menjelaskan secara spesifik terhadap redaksi yang ia gunakan.

Pengarang akan lebih mengutamakan bagaimana pengaplikasian sebuah redaksi tersebut untuk kepentingan kondisi yang sedang dialami pada saat itu.

Misalnya seperti teks “hubbul Wathan Minal al-iman” mencintai tanah air sebagian dari iman yang diklaim oleh Tengku Chiek Pante Kulu sebagai teks hadis dalam bait kisah Ainul Mardhiah.

Memang, teks “Hubbul Wathan Minal al-iman” sering dianggap hadis oleh para tokoh-tokoh nasionalis dan dai.

Tujuan mereka memakai hadis ini tidak lain adalah untuk menanamkan paham nasionalisme dan patriotisme. Dengan begitu, teks tersebut sering dijadikan dalil untuk menyakini umat Islam.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved