Berita Langsa
Sungai Kuruk Seruway dan Landoh Durian Sebagai Terusan Pasukan Mojopahit Merebut Istana Tamiang
Sungai Kuruk Seruway dan Landoh Durian Sebagai Terusan Pasukan Mojopahit Merebut Istana Tamiang
Penulis: Zubir | Editor: Muhammad Hadi
Bergerak dari pantai Ujung Tamiang dan menyelip ke kuala Pusong Kapal, pasukan Mojopahit di bawah Patih Gajah Mada terus menerobos ke jalur-jalur kecil melintasi hutan-hutan bakau dengan menggunakan armada-armada perang dan prajurit-prajuritnya.
Selama menempuh perjalanan di rawa-rawa dan mereka dinstruksikannya bahwa korek satu terusan sungai (arusan) supaya bias menempuh rute terdekat ke Sungai Tamiang.
Prajurit-prajurit Mojopahit, yang perkasa itu dengan gigih menggali dan mengorek rute-rute sempit, maka masuklah armada-armada perang Mojopahit itu menuju kota Benua Raja, tegas perintah Panglima Patih Gajah Mada !
Baca juga: Kadisdikbud Aceh Besar Mengundurkan Diri dari Jabatannya
Hasil Kajian Pusat Sejarah bahwa sampai sekarang ini masih terdapat sungai yang dikorek oleh tenatara-tentara Mojopahit itu dekat Peukan Seruway, yang dinamakan orang-orang Tamiang “Sungai Kurok Dalam”.
Dan kampong yang terdapat diantara Sungai Tamiang dengan terusan yang di korek itu, dikenal namanya “Kampung Muka Sungai Kurok I, II dan III” panjangnya sekitar 3 Km sampai ke Peukan Seruway.
Berkisar dari hasil wawancara salah seorang warga sungai Kurok, namanya Syamsuddin (80), memberikan keterangan bahwa di Sungai Kurok III, sebelum sampai ke Peukan Seruway.
Terusan itu digali (dikerok) dan berbelok ke arah kirioleh pasukan tentara-tentara Mojopahit di bawah pimpinan Patih Gajah Mada, yaitu antara Sungai Kurok II dan III.
Terusan itu disebut orang Tamiang bahasa populernya “Arong Gajah” atau jalur sungai rahasia dikorek tatkala prajurit-prajurit Angkatan Perang Gajah Mada, yang mau berangkat menuju Istana Kerajaan Tamiang.
Baca juga: Taman Putroe Phang, Bukti Cinta Sultan Iskandar Muda
Dari Sungai Kurok III itu, armada/angkatan perang Mojopahit, kemudian membelok haluannya ke selatan (batas jembatan ujung paloih), ke sungai terusan kecil atau blok 6 nama kampong sekarang.
Yaitu letaknya sebelah barat dari Kantor Camat/Polisi/Kuacec Seruway, yang dikorek sampai ke Kampung Binjee hingga tembus ke alur Seumacon (bukit Tanah Merah sekarang).
Sedangkan menurut keterangan Syarifuddin (65), warga Kampung Duren Kuala Simpang, ia menerima informasi berdasarkan keterangan orang-orang tua dahulu, ketika pasukan Mojopahit merebut Istana Kerajaan Tamiang (Kota Lintang Kuala Simpang sekarang).
Beliau memberikan informasinya bahwa dari alur Seumacon (Tanah Merah) pasukan angkatan perang Mojopahit, juga sudah tembus menggali atau mengorek terusan Sungai hingga sampai ke Kampung Landoh Rantau/Lubuk Bukit Culing dan Landoh Derian
Tetapi mendapat hadangan dari pasukan inti penjaga Raja Muda Seudia di garda terdepan penjaga Istana Kerajaan Islam Tamiang zaman dahulu.
Berdasarkan kajian HM. Zainuddin (2012) “Tarikh Aceh dan Nusantara”, bahwa setelah kapal-kapal perang Mojopahit itu berhasil masuk ke Sungai Tamiang, tentara-tentara dari Panglima Laksamana Katammana yang bermarkas di benteng Kuta Aron Meubajee.
Tidak mengetahui bahwa musuh-musuh itu telah berada di hulu Tamiang, Kota Benua sedang dalam bahaya, tentara-tentara Tamiang yang mengawal pantai-pantai laut tetap berjaga-jaga di sana, tetapi mereka tahu yang musuh telah lolos (menerobos) ke darat.