Suplai BBM
Suplai Solar Subsidi Berkurang ke SPBU Sejak Minggu Keempat Januari sampai Minggu Kedua Februari
Akibat pengurangan suplai solar subsidi, antrean panjang mobil truk barang dan bus penumpang, yang menggunakan bahan bakar solar di sejumlah SPBU di B
Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
“Makanya pertamina di daerah, mengendalikan penyaluran solar subsidsi itu, agar tepat sasaran dan tidak salah sasaran,”ujar Nahrawi.
“Bisa saja sebuah truk barang interkuler ngantri solar subsidi di SPBU untuk melakukan perjalanan dari Banda Aceh ke Medan, setelah mendapat pasokan solar 200 liter di SPBU, truk belum tentu melakukan perjalanan jauh dan siapa yang tahu? Makanya Pertamina melakukan pengaturan kembali, penyaluran solar subsidinya dan bukan membatasi," ujarnya.
Sedangkan untuk BBM non subsidi, seperti dexlite, pembeliannya tidak dibatasi.
Sales Meneger Perrtamina Banda Aceh, Soni Indro Parbowo yang dimintai penjelasannya mengtakan, penyaluran solar subsidi (bio solar) tidak dibatasi, tapi diatur kembali, sesuai dengan kondisi lapangannya.
Bio solar, jenis BBM yang masih disubsidi, harganya masih rendah Rp 5.150/liter, biaya dsubsidinya cukup besar, maka distribusinya diatur. Misalnya kebutuhan bio solar di SPBU Lhungbata rata-rata per hari sekitar 12 – 14 KL, minyak solar subsidi yang kita kirim hari Senin (14/2) kemarin sebanyak 16 KL dan hari Selasa (15/2) di kirim 8 KL, totalnya menjadi 24 KL, sedangkan kebutuhan hariannya sekitar 12 – 14 KL, berarti pengiriman Pertamina masih mampu memenuhi kebutuhan hariannya.
"Untuk solar non subsidi, seperti dexlite, Pertamina tidak membatasinya, diminta 16 KL, sebnyak itu kita kirim. Makanya stok Dexlite, di SPBU jarang yang putus, kita harapkan bus dan truk yang tidak mendapatkan jatah bio solar bisa menggunakan dexlite. Kita terus berupaya, suplai solar subsidi ke SPBU sesuai kebutuhan lapangannya, agar kondisinya tetap normal,” ujar Soni.(*)