Opini
Ancaman Gempa Darat dan Mikrozonasi
Minggu yang lalu kita dikejutkan dengan terjadi gempa di Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatra Barat

Konvergensi ini telah memicu beberapa peristiwa gempa dengan magnitude yang besar (≥M8,0), yaitu gempa Nias 1861, gempa Sumatra-Andaman 2004, dan gempa Simeulue 2005.
Selain itu, Aceh berpotensi juga terkena bahaya gempa tambahan dan signifikan dari the Great Sumatran Fault (GSF).
Sampai saat ini para peneliti kegempaan belum menemukan adanya gempa-gempa yang cukup signifikan di sepanjang bagian utara GSF atau Aceh selama dua abad terakhir (lihat: Sorensen Atakan, 2008).
Sehingga segmen-segmen dari GSF di Aceh ini dianggap sebagai seismic gap yaitu, suatu wilayah di dalam wilayah yang aktif secara seismik dengan tingkat aktivitas kegempaan yang rendah dalam waktu yang cukup lama (lihat Bellier dkk., 1997).
GSF harus mengakomodasi peningkatan tekanan akibat tumbukan antara lempeng India-Australia dengan lempeng Eurasia yang berlangsung terus-menerus hingga saat ini.
Suatu saat tekanan tersebut akan dilepaskan dalam bentuk gempa yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Baca juga: Gempa 6,2 SR Guncang Pasaman, Siswi SMK Nangis dan Pingsan, Ada yang Terjatuh Saat Lari
Petersen dkk. (2001) mengemukakan bahwa GSF mampu menghasilkan hingga gempa M7,9, karena gempa M7,7 secara historis pernah terjadi di sepanjang GSF ini pada tahun 1892 di dekat kota Sibolga (± 570 km di tenggara Banda Aceh).
Mikrozonasi Gempa Selanjutnya, beberapa ibukota kabupaten/kota di Aceh dibangun di atas endapan alluvium yang tebal, sehingga kemungkinan kerusakan parah yang akan terjadi akibat gempa pada struktur-struktur bangunan yang didirikan di atas endapan aluvium yang tebal akan sangat tinggi, jika tidak direncanakan dengan baik.
Oleh karena itu, studi mikrozonasi gempa pada beberapa ibu kota kabupaten/kota di Aceh sangat diperlukan mengingat gempa dahsyat pernah melanda Aceh (gempa tsunami 2004).
Memahami perilaku tanah akibat gempa di ibu kota kabupaten/kota di Aceh akan sangat penting untuk perencanaan dan pembangunan infrastruktur kota.
Kajian mikrozonasi gempa merupakan rangkaian proses untuk menghasilkan peta zonasi resiko kerentanan terhadap bahaya gempa yang terperinci untuk area kecil seperti kota.
Saat ini, hasil kajian mikrozonasi diakui menjadi alat yang efisien untuk mengurangi risiko terhadap bahaya gempa dengan pengelolaan penggunaan lahan yang sesuai.
Baca juga: Saat Gempa Terjadi, Begini Kondisi Warga di Aceh Jaya Kala Itu
Baca juga: Polres Lhokseumawe Galang Dana untuk Bantu Korban Gempa Pasaman Barat