Jurnalisme Warga

Diet Plastik, UTU Menjadi Kampus Terhijau

DALAM rangka menghadiri undangan penandatanganan memorandum of understanding (MoU), saya dan rombongan dari Universitas Islam

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Diet Plastik, UTU Menjadi Kampus Terhijau
FOR SERAMBINEWS.COM
CHAIRUL BARIAH, Wakil Rektor II Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki), Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Almuslim, dan Anggota FAMe Chapter Bireuen, melaporkan dari Meulaboh

OLEH CHAIRUL BARIAH, Wakil Rektor II Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki), Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Almuslim, dan Anggota FAMe Chapter Bireuen, melaporkan dari Meulaboh

DALAM rangka menghadiri undangan penandatanganan memorandum of understanding (MoU), saya dan rombongan dari Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki) Bireuen menempuh perjalanan darat ± 7 jam dengan jarak ± 450 km ke Meulaboh, ibu kota Kabupaten Aceh Barat.

Meulaboh, kota yang pernah saya kunjungi puluhan tahun lalu, kini tumbuh menjadi kota yang maju, teduh, dan nyaman.

Di tengah hamparan lahan gambut yang hijau berdiri sebuah universitas yang kokoh dan megah.

Universitas itu bernama Universitas Teuku Umar (UTU).

Tatanannya yang asri dan lingkungan yang bersih menjadi ciri khas kampus hijau ini.

Meski berada agak jauh dari pusat kota, yakni di Alue Peunyareng, bukan penghalang bagi siapa pun yang ingin menempuh pendidikan di kampus ini.

Semua sarana tersedia, bahkan ramah disabilitas.

Kampus ini didirikan saat peringatan Hari Pahlawan 10 November 2006 dan diresmikan jadi kampus negeri oleh Presiden Bambang Yudoyono tanggal 1 April 2014.

Rektor UTU Meulaboh, Prof Dr Jasman J Ma'ruf
 
 
 
Rektor UTU Meulaboh, Prof Dr Jasman J Ma'ruf       (SERAMBINEWS.COM/SA’DUL BAHRI)

Lokasinya beralamat di Jalan Alue Peunyareng, Ujong Tanoh Darat, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat.

Baca juga: UNIKI Jalin Kerjasama dengan UTU Meulaboh dan Universitas Siliwangi

Baca juga: KPI Aceh Kampanyekan Literasi Media di UTU Meulaboh, Ajak Mahasiswa Awasi Isi Siaran Radio dan TV

Awalnya saya mengira kampus negeri ini terletak di tengah kota, dengan bangunan yang sederhana saja.

Namun, saat memasuki pintu gerbang UTU saya serasa berada di Kampus Institut Pertanian Bogor atau Universitas Indonesia.

Kehadiran saya di UTU bersama rombongan dari Uniki dalam rangka penandatanganan MoU bidang tridarma perguruan tinggi, dilanjutkan dengan penandatangan MoA antarfakultas yang ada di Uniki dengan UTU dan Universitas Siliwangi (Unsil).

Juga berlangsung MoU antara UTU dengan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Kepulauan Riau.

Jadwal kegiatan yang padat dan tepat waktu, menyebabkan kami tak sempat foto bersama dengan rombongan dari Unsil dan UMRAH, karena lokasi tempat kami menginap berjarak tempuh 15 menit dari tempat acara.

Sehingga, kami juga tidak sempat menikmati jalan yang dikhususkan untuk pengendara sepeda.

Kami dijamu sarapan pagi di Taman Selfie UTU.

Dari namanya saja sudah terbayang pastilah tempat ini idola kaum milenial untuk berfoto.

Sebelum jamuan makan, tetamu diperkenalkan Rektor UTU, Prof Dr Jasman J Ma’ruf dengan permainan Catur Teuku Umar (Catoe Rimeung).

Pihak Belanda menyebutnya sebagai Teoekoe Oemar Spel.

Baca juga: UTU Meulaboh Wisuda 584 Sarjana

Pertama kali dibuat di Amsterdam tahun 1898, tepat setahun sebelum Teuku Umar wafat.

Menurut Prof Jasman, tujuan dari permainan ini adalah untuk melestarikan budaya berpikir, meningkatkan silaturahmi, dan mengenang perjuangan Pahlawan Nasional Teuku Umar dalam berperang melawan Belanda menggunakan siasat jitu yang sulit dipahami Belanda meski mereka memiliki persenjataan canggih.

Bidak catur yang berwarna putih diibaratkan sebagai serdadu Belanda, sedangkan yang merah adalah para pejuang tanah air.

Mengingat waktu kegiatan utama akan dimulai, koordinator kegiatan menginformasikan agar seluruh tamu dan undangan segera menuju Taman Selfie.

Tempat ini dirancang mirip jembatan penyeberangan, terbuat dari kayu.

Berfoto dari tempat ini terlihat semua bangunan kampus terintegrasi UTU nan megah.

Di tempat ini saya berkempatan berbincang dengan Ibu Arfah Husna, salah seorang pegiat kampus hijau UTU yang sukses dengan program pengabdiannya dalam acara World Clean Up Day (WCD) tahun 2021.

Beliau juga Ketua Greenmetric UTU.

Sudah lima tahun berturut-turut UTU unggul sebagai Kampus Berkelanjutan dan Terhijau di Aceh dalam penilaian Universitas Indonesia (UI) Greenmetric.

Kesuksesan ini juga tak luput dari kerja keras Bapak Dr Aflizar.

Saya bertanya khusus kepada Bu Husna, apa kiat kampus ini bersih dan lingungannya juga hijau.

Baca juga: Pemred Serambi Silaturahmi dengan Rektor UTU Meulaboh, Jasman J Maruf Papar Prestasi Kampus Ini

Beliau katakana, UTU telah melakukan diet plastik sejak 2019.

Menurutnya, dukungan dari rektor sangat besar terhadap program ini.

Ditandai dengan dikeluarkannya peraturan untuk melaksanakan diet plastik tahun 2019.

Dampak dari program mulia ini, Kampus UTU menjadi hijau, bersih, dan ramah lingkungan.

Biaya operasional kampus, khususnya pengadaan air mineral dalam kemasan plastik, sudah berkurang, sehingga dapat diplotkan untuk kegiatan lainnya.

Pada jamuan sarapan pagi kami juga disuguhi air minum dalam gelas, bukan botol.

Air minum dalam galon juga tersedia hanya dengan menambah keran di atasnya dengan penyangga besi sederhana, tanpa ada dispenser yang biasanya dihubungkan dengan listrik.

Ini juga ramah lingkungan dan kreatif.

Karyawan dan mahasiswa diwajibkan bawa tumbler sendiri.

Air minum dapat diisi di beberapa tempat yang telah disediakan.

Juga dapat diminum langsung bila tak bawa tumbler.

Baca juga: Indikator Kinerja Utama UTU Meulaboh Tumbuh, Peringkat Ketiga Se-Sumatera

Di lokasi ini tersedia tempat air minum dengan peralatan canggih.

Melalui sensor, air akan keluar dengan sendirinya dan yang secara manual juga tersedia.

Program diet plastik inilah yang membuat Kampus UTU tampak bersih, asri, dan hijau.

“Kebijakan ini benar-benar dilaksanakan oleh semua unsur pimpinan, termasuk Pak Rektor.

Karyawan, mahasiswa, dan dosen pun selalu bawa tumbler ke kampus,” ungkap Bu Arfah, Peraturan ini juga berlaku untuk kantin, tak dibenarkan menjual minuman dan makanan berwadah plastik.

Suasana makan pagi itu berlangsung penuh keakraban.

Kami pun saling berkenalan.

Dari tempat ini kita dapat mengabadikan foto gedung UTU yang berbentuk letter U berlantai empat dan antarruang semuanya terintegrasi.

Seusai sarapan kami menuju aula utama menghadiri penandatanganan MoU antara UTU, Uniki, Unsil, dan UMRAH.

Setiap rektor memberikan sambutan.

Pantun dari Rektor UMRAH menggambarkan besarnya cinta beliau pada budaya Melayu.

Ciri khasnya sebagai orang Riau adalah berpantun.

Acara dilanjutkan dengan tukar-menukar cendera mata dengan ciri khas kampus masing- masing.

Selanjutkan, kami ikuti temu ramah dengan Rektor UTU dan jajarannya.

Dalam pertemuan itu rektor menyampaikan kiat-kiat sukses yang diraih oleh universitas yang baru tujuh tahun negeri ini.

Memancangkan target pencapaian tujuan menjadi modal utama kesuksesan dan keberhasilan UTU, baik dalam bidang pendidikan, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat.

Setiap mahasiswa, dosen, dan karyawan yang meraih prestasi diabadikan dalam baliho yang ditempel di dinding kampus.

Berbagai kompetisi juga diumumkaan di tempat yang telah disediakan.

Matriks keberhasilan UTU juga dipajang di tempat terbuka, tujuannya untuk memotivasi semua sivitas akademia agar berprestasi di segala bidang, bahkan tangga target keberhasilan itu tertulis pada setiap tangga menuju lantai berikutnya.

Sungguh kreatif dan patut dicontoh.

Rektor Unsil dan Rektor UMRAH juga menyampaikan ciri khas kampus masingmasing.

Begitu juga Rektor Uniki, Prof Dr Apridar MSi, menerangkan konsep pembelajaran islami di Uniki, memadukan pendidikan umum dan pendidikan pesantren.

Pagi sampai siang mahasiswa kuliah, setelah itu harus kembali ke asrama (rusunawa) untuk mengikuti pengajian di malam hari, serta berbagai kegiatan islami lainnya.

Suguhan makanan kecil di ruang pertemuan ini juga berlaku diet plastik.

Begitu juga pada saat jamuan makan siang, semua menggunakan peralatan rumah tangga biasa.

Diet plastik ala UTU ini patut dicontoh, sehingga mengurangi limbah sampah yang dapat mencemari lingkungan.

Baca juga: UTU Meulaboh Jadi PTN Terbaik Nasional dalam Penilaian IKU Bidang Kerja Sama, Ungguli UNY dan ITB

Baca juga: UTU Meulaboh Gelar Program Kemah Kreatif di Takengon

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved