Kupi Beungoh

Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (I): Denazifikasi dan Demiliterisasi Ukraina

Tuduhan Putin kepada Ukraina adalah perlakuan rezim Kiev-baca Kyv-, ibukota Ukraina terhadap kawasan Donetsk dan Luhansk yang melakukan pemberontakan

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Dalam setiap kesempatan, terutama dalam bulan-bulan terakhir ini apa yang disebutkan secara terbuka oleh Putin tentang ketidaksenangannya kepada Ukraina terfokus pada satu isu.

Isu itu adalah marak dan berkuasanya praktek, bahkan rezim “neo nazi” di Ukraina.

Tuduhan Putin kepada Ukraina adalah perlakuan rezim Kiev-baca Kyv-, ibukota Ukraina terhadap kawasan Donetsk dan Luhansk yang melakukan pemberontakan dan pemisahan diri dari Ukraina.

Dua kawasan itu yang penduduknya mayoritas berbahasa Rusia telah mendirikan negara Republik masing-masing yang diakui oleh Rusia.

Banyak laporan dari berbagai sumber intelijen, baik resmi maupun tidak resmi pemberontakan itu disponsori oleh Rusia, baik dengan bantuan persenjataan, maupun sumber daya manusia.

Tujuan akhir yang disebutkan Putin, seperti dilaporkan banyak media adalah untuk melenyapkan militerisasi dan praktek neo nazi-di wilayah Donetsk dan Luhansk.

Tujuan akhirnya adalah menangkap dan mengadili rezim Ukraina- belakangan terungkap Presiden Volodymyr Zelensky dan keluarganya.

Putin menuduh berbagai kesalahan itu, termasuk sikap dan perlakuan melawan rakyat Rusia, adalah praktek rezim Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang mendapat restu dari AS dan sekutunya di Eropa.

Putin menuduh pemerintah Ukraina di bawah Presiden Zelensky mempraktekkan pembunuhan massal “genosida” terhadap warga Ukraina  bersuku-berbahasa Rusia di kawasan Donetsk  dan Luhansk.

Istilah denazifikasi ditujukan kepada tuduhan bahwa rezim Zelensky telah melakukan praktek pembersihan etnis-terutama terhadap Yahudi, mengikuti praktek yang pernah dilakukan oleh Hitler- kanselir Jerman yang memulai Perang Dunia ke II.

Baca juga: Presiden Ukraina Sesalkan Dukungan AS Datang Terlambat, Ini Alasannya

Baca juga: Rusia Ancam Hukum Penyebar Berita Bohong Perang di Ukraina, Media Asing dan Lokal Mulai Ketakutan

Daur Ulang Georgia, dan Crimea

Buku panduan Putin dalam melakukan invasi ke sejumlah negara-negara bekas Uni Soviet tetap saja dimulai dengan dalih invasi untuk melakukan “pembebasan”.

Yang dimaksud adalah masyarakat yang ditindas baik ras Rusia atau non-Rusia oleh rezim yang berkuasa, seperti yang terjadi di negara Georgia pada tahun 2008.

Saat itu Georgia dipimpin oleh Presiden Mikhail Shalikasvili yang terang-terangan sangat pro Barat.

Georgia adalah salah satu bekas negara Uni Soviet yang terletak di kawasan Kaukasus, berada di tepi Laut Hitam.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved