Kupi Beungoh

Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (I): Denazifikasi dan Demiliterisasi Ukraina

Tuduhan Putin kepada Ukraina adalah perlakuan rezim Kiev-baca Kyv-, ibukota Ukraina terhadap kawasan Donetsk dan Luhansk yang melakukan pemberontakan

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Ada dua kawasan di Georgia yang melawan pemerintah Tbilisi-ibukota Georgia, yakni Osseitia Selatan, dan Abkhazia.

Ketegangan itu telah berlangsung lama, bahkan segera setelah rontoknya Uni Soviet pada tahun 1991.

Banyak pengamat barat  menggambarkan cara invasi Putin baik invasi Crimea- yang juga bagian dari Ukraina pada tahun 2014, maupun serangan kali ini, adalah tetap dengan menggunakan “buku panduan” Georgia.

Sebagai perbandingannya, model invasi itu oleh sebagian pengamat dianalogikan dengan alasan invasi AS ke Afghanistan dan Irak dengan tema Islam radikal.

Ketika aneksasi Crimea dilakukan oleh Rusia pada Februari 2014, alasan yang disampaikan Putin juga relatif sama.

Ia menyebukan tugas sucinya adalah memberikan kebebasan kepada rakyat Crimea untuk menentukan pilihannya, yakni pilihan untuk bergabung dengan Rusia.

Memang, sekalipun Crimea adalah kawasan yang diakui oleh dunia internasional sebagai bagian dari Ukraina, namun mayoritas penduduknya adalah berbahasa Rusia.

Walaupun sampai hari ini penggabungan Crimea ke dalam Rusia, tidak diakui masyarakat internasional, kondisi Crimea tetap saja stabil, tanpa perlawanan.

Apa yang dilakukan di Donetsk dan Luhansk Ukraina hari ini, telah pernah dilakukan di Osseitia Selatan, dan Abkhazia, Georgia.

Bedanya hanya kemerdekaan Osseitia Selatan, dan Abkhazia diakui oleh Rusia setelah invasi dilakukan, sementara kejadian di dua kawasan Donetsk dan Luhansk, Ukraina timur dimulai dengan pengakuan kemerdekaannya sebelum invasi dimulai.

Putin menyebutkan invasi Rusia ke Georgia pada masa itu sebagai perwujudan tanggung jawab kemanusian internasional untuk menghindari “genosida” rezim Tbilisi terhadap warga Ossetia Selatan dan Abkhazia.

Ini adalah alasan yang kali ini digunakan lagi sebagai justifikasi serangan terhadap Ukraina dan pembebasan dua “republik baru” di Ukraina Timur, Donetsk dan Luhansk.

Di Georgia, sebelum invasi dimulai Rusia membuka perbatasannya untuk dilintasi oleh ribuan, mungkin puluhan ribu pengungsi.

Baca juga: Tentara Rusia Kuasai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Ukraina, Usai DIserang dan Terbakar Hebat

Baca juga: VIDEO Harga Emas di Takengon Naik, Penjual Sebut karena Perang Rusia dan Ukraina

Pada minggu pertama bulan Agustus 2008, Rusia menginvasi Georgia melalui dua kawasan itu dengan 40.000 tentara, bersama dengan 1,200 tank.

Hanya dalam tempo lima hari pasukan Rusia berhasil mengamankan kedua wilayah itu.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved